Manuver Ekspor Baja Lapis Tata Metal Lestari Berkontribusi Bikin Surplus Neraca Dagang

Estimated read time 5 min read

JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengizinkan ekspor 8 kontainer produk baja lapis merek Nexalume, Nexium, dan Nexcolor produksi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) dari pabrik barunya yang berlokasi di Sadanga, Purwakarta , Jawa Barat , Jumat (21 Juni).

Dalam sambutannya, Mendag menyampaikan pelepasan ekspor baja senilai US$808.262 yang dilakukan PT Tata Metal Lestarija ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico merupakan kolaborasi nyata antara pemerintah dan dunia usaha untuk mendongkrak pertumbuhan produktivitas manufaktur Indonesia. ekspor nonmigas, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar dunia.

Zulhas mengaku puas dengan ekspor produk logam yang dilakukan PT Tata Metal Lestari. Pasalnya, produsen baja lapis tersebut menjadi salah satu perusahaan yang menyumbang surplus perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut.

“Pada tahun 2022, surplus kita akan mencapai $54,5 miliar, pada tahun 2023 surplus tersebut akan turun menjadi lebih dari $36 miliar, pada bulan Mei 2024 akan menjadi hampir $14 miliar,” katanya.

Selain itu, Zulhas juga mengaku senang karena target ekspor produk baja tersebut adalah Australia dan Kanada. Ia mengatakan, Indonesia sendiri terlihat banyak mengimpor dari dalam negeri sehingga menyebabkan defisit perdagangan.

Untuk itu, dengan mengekspor produk baja nonferrous ini, Zulhas berharap defisit perdagangan bisa ditekan. Ia juga mengapresiasi bisnis PT Tata Metal Lestari yang selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar ekspor yang rata-rata tumbuh di atas 10% per tahun.

Ia menambahkan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan terus mendorong terbukanya pasar produk Indonesia ke negara mitra dagang, salah satunya Australia dan Kanada yang menjadi tujuan ekspor PT Tata Metal Lestari.

Dengan Australia, Indonesia telah melakukan negosiasi perjanjian dagang CEPA Indonesia-Australia, dan CEPA Indonesia-Kanada saat ini sedang dalam tahap negosiasi dengan Kanada. Peningkatan ekspor baja ke Kanada dan Australia merupakan dorongan nyata sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan baja Kanada dan Australia yang tumbuh masing-masing sebesar 16,94% dan 14,72% selama 5 tahun terakhir.

Untuk itu, Mendag mengapresiasi PT Tata Metal Lestari yang terus aktif mengejar peluang pasar ekspor dan melakukan diversifikasi pasar ekspor. Hal ini dicapai dengan mengedepankan prinsip industri hijau dan berkelanjutan guna meningkatkan daya saing produk baja di pasar global.

“Karena memang kalau kita ingin menjadi negara maju, kita harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, kita UMKM kebanggaan, apalagi ini industri teknologi tinggi. Kita berharap hal ini dapat memberi tanda bahwa cita-cita kita adalah menjadi negara maju. “Kita bisa mencapainya pada tahun 2045,” kata Menteri Perdagangan.

Sementara itu, Vice President Operasional PT Tata Metal Lestari Stefanus Koeswandi menjelaskan, berdasarkan data Ikatan Industri Metalurgi Indonesia (IISIA), volume impor baja HS 72 dan HS 73 pada 2018-2022. berfluktuasi akibat dampak pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi, impor baja HS 72 dan 73 terus meningkat hingga mencapai 19 juta ton pada tahun 2019. Impor baru turun menjadi 14,1 juta ton pada tahun 2020 karena penurunan permintaan pasar yang signifikan, baik domestik maupun global. Namun pada tahun 2021 dan 2022 impor kembali meningkat menjadi 15,6 dan 16,8 juta ton.

Melihat kondisi yang terjadi pada kurun waktu tersebut, PT Tata Metal Lestari yang baru didirikan pada tahun 2019 akhirnya melakukan manuver ekspor, jelas Stefanus.

Terungkap juga bahwa langkah ini dilakukan setelah kajian awal terhadap pola-pola seperti gangguan rantai pasok, fluktuasi permintaan, volatilitas harga dan pasar (variabel), dukungan dan perlindungan pemerintah terhadap industri dalam negeri, inovasi dan adaptasi. Terakhir, dampak jangka panjang juga ditambah dengan restrukturisasi industri yang berfokus pada keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian integral dari strategi Tata Metal Lestari pascapandemi di industri baja.

Manuver ini akhirnya mulai membuahkan hasil. Keadaan ekspor dan impor produk logam pada triwulan I tahun 2023 (Q1 2023) menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Dari tahun 2018 hingga 2022, total ekspor tampaknya akan terus meningkat.

Sementara itu, pada triwulan I tahun 2023, volume ekspor produk logam dengan kode HS 72 dan 73 meningkat sebesar 8,2% atau menjadi 3,18 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Sementara itu, volume impor pada triwulan I-2023 juga meningkat sebesar 7,7%. dibandingkan triwulan I tahun 2022, meski mengalami penurunan nilainya sebesar 9%.

Kontribusi ekspor produk baja yang semakin signifikan menunjukkan bahwa industri baja nasional semakin berkembang dan semakin penting bagi perekonomian nasional.

“Oleh karena itu, PT Tata Metal Lestari semakin percaya diri untuk melangkah lebih jauh ke pasar ekspor. Saat ini, dari 85% kapasitas produksi, kami mengekspor 30%. Kontribusi penjualan ekspor berkisar antara 25% hingga 30% terhadap total pendapatan. “Ini membuktikan kualitas dan harga yang kami tawarkan di pasar global diterima dengan baik,” jelas Stefanus sekali lagi.

Ia menambahkan, karena lintasan yang bagus tersebut, PT Tata Metal Lestari melakukan investasi kembali pada mesin pengecatan baja baru yang mulai dioperasikan pada Oktober tahun lalu di pabrik Sadanga, dengan biaya investasi sekitar Rp 1,5 triliun di luar tanah dan bangunan. Dengan adanya investasi baru ini, otomatis mereka akan menambah karyawan yang akan memberikan efek multiplier terhadap kesempatan kerja.

Tak hanya itu, perusahaan yang dipimpinnya kini telah mengadopsi teknologi produksi baru yang berfokus pada efisiensi sumber daya alam dan rendah emisi karbon, yang sejalan dengan konsep industri berkelanjutan dengan tingkat OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang sudah berada pada level internasional. tingkat. tingkat standar.

Terakhir, dengan semakin besarnya tantangan di pasar global dan domestik, Stephanus mengharapkan dukungan Menteri Perdagangan dan staf Departemen Perdagangan untuk terus mendorong transfer teknologi melalui kemitraan dengan negara-negara maju dan lembaga penelitian, mendukung penerapan teknologi. peraturan lingkungan hidup yang ketat, mendorong pemberian pembiayaan dan insentif bagi perusahaan yang memperkenalkan teknologi produksi ramah lingkungan (berkelanjutan) dan aktif melakukan kegiatan ekspor.

Selain itu, Kementerian Perdagangan diharapkan mendukung sistem sertifikasi dan pelabelan produk ramah lingkungan, mendorong program pelatihan, pendidikan dan kampanye kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang praktik berkelanjutan.

Terakhir, Kementerian Perindustrian terus mendorong peluang pengembangan ekonomi antara Indonesia dan negara lain dengan memaksimalkan perjanjian kemitraan ekonomi, baik bilateral maupun multilateral.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours