Kala Baskara terbenam di Nusantara

Estimated read time 4 min read

IKN (ANTARA) – Seolah malu mengambil tempatnya, matahari bersembunyi di balik awan saat turun menuju nusantara.

Langit ibu kota baru Indonesia dengan cepat berubah warna menjadi oranye, terutama saat Baskara berada di dekat sisi kiri Istana Garuda – terlihat dari Taman Kusuma Bangsa.

Banyak pekerja proyek yang terlihat memanfaatkan momen tersebut untuk beristirahat. Mereka duduk-duduk di tepi lanskap Taman Kusuma Bangsa sambil menikmati matahari terbenam.

Mereka bertukar lelucon di rumput dengan latar belakang memukul dan menggiling.

Kalau dilihat dari mana asal suara dentuman dan gesekan itu, berasal dari sekitar Tampan Kusuma Bangsa, misalnya dari banyak proyek konstruksi kementerian.

Padahal, jika ingin menggambarkan suasana nusantara yang bermandikan sinar matahari, kata yang tercipta tidak termasuk kata tenang.

Namun suara-suara yang mengganggu kesunyian malam nusantara menunjukkan bahwa pekerjaan konstruksi di ibu kota baru Indonesia tidak mengenal kata istirahat.

Bekerja cepat

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membantah anggapan proyek Ibukota Kepulauan (IKN) diburu.

Penolakan itu terjadi setelah Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Proyek 1 melakukan peninjauan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Tokoh yang juga berperan sebagai Plt. Kepala Kantor Ibu Kota Negara Kepulauan (OIKN) menegaskan, alasan selesainya berbagai konstruksi dalam waktu singkat adalah karena pekerjaan konstruksi masih berlangsung.

Siang malam, suara gemeretak palu terdengar di seantero IKN.

Karyawan dibagi menjadi tiga shift. Mereka bekerja 8 jam dalam satu shift.

Shift pertama dimulai pukul 08.00 WITA hingga 16.00 WITA, disusul shift kedua pukul 16.00 WITA hingga 00.00 WITA, kemudian shift terakhir dimulai pukul 00.00 WITA hingga 08.00 WITA.

Dengan demikian, jika ditotal, kegiatan proyek bisa berlangsung selama 24 jam atau terus menerus.

Untuk mempertegas maksudnya, Basuki mundur selangkah dan menunjuk ke belakang para pekerja yang sedang sibuk menyelesaikan tahap akhir gedung kementerian.

Terkait progres gedung Kementerian Koordinator, progres baik gedung Kementerian Koordinator 1 hingga Kementerian Koordinator 4, kata Basuki, rata-rata mencapai 85 persen.

Sosok yang kerap disapa “Park Bass” ini menambahkan, meski pengerjaan dilakukan secara terburu-buru, bukan berarti kontraktor mengabaikan kualitas bangunan yang dibangunnya.

Basuki menyinggung prosedur VVIP bandara tidak sesuai keinginannya. Landasan pacu yang seharusnya mencapai 2.200 meter pada 17 Agustus, tidak dapat diselesaikan sesuai rencana akibat hujan pada proyek pembangunan bandara.

Menurut dia, meski proyek dilaksanakan siang malam, pemerintah tetap memperhatikan kualitas.

“Kualitas, estetika, dan kelestarian lingkungan,” kata Basuki.

Ketiga bidang inilah yang menjadi prioritas pengembangan IKN, bukan kecepatan.

Basuki berpesan kepada berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan IKN pada waktu yang berbeda-beda dan ketiga aspek tersebut tidak boleh ditinggalkan.

Basuki kemudian melanjutkan perjalanan meninjau persiapan infrastruktur jelang perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang.

Taman Kusuma Bangsa

Basuki membuktikan pendapatnya bahwa estetika merupakan bagian penting dalam pengembangan IKN.

Taman Kusuma Bangsa menjadi kesaksian atas perkataannya. Pembangunan taman ini merupakan hasil kerja cepat tanpa mengabaikan sisi estetika.

Pembangunan taman tersebut dimulai pada Januari 2024 dan selesai pada Agustus 2024. Dengan anggaran sekitar Rp335,2 miliar, pemerintah bisa menyelesaikan taman seluas 1.915 meter persegi itu dalam waktu 7-8 bulan.

Dirancang oleh I Nyoman Nuarta, Taman Kusuma Bangsa mengusung konsep bangunan monumental.

Desain Nuarta mewakili perjuangan panjang kemerdekaan bangsa Indonesia yang diwujudkan melalui patung eksponen Sukarno dan Mohamed Hatta, serta lebar sayap burung Garuda setinggi 17 meter dan tiang kapal setinggi 79 meter.

Sayap Garuda disulap menjadi sayap pelindung nusantara yang dapat diartikan sebagai simbol perlindungan dan persatuan seluruh nusantara.

Api abadi merupakan simbol militansi yang tidak pernah padam, simbol tekad suatu bangsa untuk terus berkobar.

Taman ini dibuat sebagai tempat mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia.

Oleh karena itu dinamakan sebagai tempat kontemplasi sakral di Kepulauan Kusuma Bangsa.

Sebelum Bhaskara hilang total, beberapa anggota TNI mengiringi alat musiknya menyanyikan lagu “Merebut Ciptaan” karya Trun Prawit.

Sebuah pertunjukan yang diselenggarakan dengan refleksi liturgi tengah malam dalam rangka peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Latihan tersebut tidak dilakukan secara tertutup. Para pekerja di sekitar Taman Kusuma Bangsa pun turut menyaksikan kinerja aparat pemerintah.

Langit jingga yang terbakar perlahan mulai memudar dan kapal malam itu membentangkan layarnya yang megah; Gelap tapi penuh bintang.

Saat itu, lampu-lampu yang berasal dari proyek-proyek di sekitar Taman Kusuma Bangsa terlihat jelas.

Para pekerja mulai berpindah dari tempat mereka beristirahat. Taman Kusuma Bangsa yang awalnya ramai dengan pemandangan matahari terbenam, kini mulai berkurang satu per satu.

Gemerincing palu masih terdengar. Mereka menjadi perwujudan api abadi; Semangat juang yang tak pernah pudar meski matahari terbenam.

Suntingan: Achmad Zaenal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours