Kisah Arca Gayatri, Sebuah Warisan Abadi Kerajaan Majapahit

Estimated read time 3 min read

Gayatri Rajapatni merupakan salah satu putri Raja Kertanagara dari Kerajaan Singasari yang banyak berjasa bagi kejayaan Kerajaan Majapahit. Patung Gayatri didirikan untuk memperingati jasanya dan menjadi simbol kerajaan.

Patung tersebut menggambarkan Gayatri sedang duduk bersila, yang diyakini merupakan penampilan fisiknya sebelum menjadi biarawati atau religius. Postur patung tersebut sangat mirip dengan Gayatri dan mengingatkan pada patung Prajnaparamita.

Proses pembuatan patung Gayatri tidak lepas dari peran kedua putri Gajah Mada dan Gayatri, Tribhuana Tungadewi dan Rajajewi Maharajasa. Dengan mencukur rambutnya dan menampilkannya sebagai wanita hidup dan cantik sebelum menjadi bhiksuni, tanpa disadari Gayatri bersekongkol untuk membuat patung.

Menurut buku Earl Drake “Gayatri Rajapatni: Wanita di Balik Kemuliaan Majapahit”, kedua putri Gayatri ingin agar anak dan cucunya mengingat ibu mereka. Meski Gayatri tidak pernah berkuasa, namun ia memainkan peran khas dan penting dalam pengambilan keputusan pemerintahan Majapahit.

Untuk mengenang Gayatri, karya seni ini diciptakan dengan memadukan keindahan jasmani dan rohani Gayatri. Kedua putrinya dan Gajah Mada berencana membuat patung ini dengan memerintahkan seniman terbaik di Majapahit untuk mengukir patung Gayatri seukuran tubuh dari sebuah batu yang besar dan indah. Batu keras ini memperlambat proses pemahatan, namun menciptakan monumen yang tahan lama.

Sang seniman ditantang dengan konsep berani yang belum pernah ia coba sebelumnya. Dalam desain komposisinya, Ibu Suri duduk bersila dan anggun bak dewa, dengan atribut tangan melambangkan roda hukum yang berputar, bunga teratai di sekitar tangan kiri, dan syair yang menggambarkan kebijaksanaan tertinggi yang tertulis di bunga teratai. .

Tantangan utama sang seniman adalah membuat wajah dan mata Gayathri menjadi sangat penuh perhatian, namun tantangannya adalah Gayathri sendiri yang menciptakan suasana tersebut. Gajah Mada memahami bahwa para pendeta Buddha yang lebih menyukai representasi formal di luar tubuh manusia dapat menentang konsep penciptaan ini karena tujuan utama agama Buddha adalah untuk menghilangkan sifat dan keinginan duniawi.

Gajah Mada menyarankan agar proyek ini dimulai ketika seniman dan subjek memiliki waktu luang dan penuh inspirasi. Dia berjanji akan bernegosiasi dengan para pendeta untuk menghindari konflik.

Setelah berminggu-minggu bekerja, pahatan tubuh Gayatri, tempat duduk teratai, dan tempat duduk belakang yang menyerupai singgasana terlihat jelas. Perhatian artis beralih ke detail wajah, sedangkan ciri fisik lainnya untuk sementara diabaikan.

Meski pernah menjadi pendeta, Gayatri kerap terlihat mengamati proses pembuatan patungnya sendiri. Mungkin terdengar aneh, namun dukungan Gajah Mada dan niat kedua putrinya membuatnya memikirkan kembali sifat manusia.

Bahkan Gayatri pun duduk dan menyaksikan dengan seksama proses syutingnya, dan sang artis terpesona dengan kontras yang seolah menyinari jiwa dan raga Gayatri.

Oleh karena itu, arca Gayatri tidak hanya sekedar monumen, tetapi juga simbol keindahan dan kebijaksanaan yang mewakili warisan abadi manusia dalam sejarah Majapahit.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours