Bijak Berinternet, Gen Z Perlu Tanamkan Etika Digital

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Akses terhadap internet harus diimbangi dengan pemahaman terhadap dunia digital. Salah satunya adalah etika digital.

“Salah satu dari empat pilar literasi digital adalah etika digital, yaitu etika ruang digital yang tidak berbeda dengan etika dunia nyata. Harus saling menghargai karena tidak bertatap muka. Jangan sembarangan mengupdate posisi kepada orang lain,” ujar Ketua Komite Literasi Digital Kementerian Pendidikan Bampang Tri Santoso, Selasa (10/9/2024) dalam siaran persnya.

Baca Juga: Literasi Digital Capai 62 Persen, Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia

Beberapa waktu lalu ia memaparkannya pada Festival Literasi Digital bertajuk Etika Mahasiswa dalam Dunia Digital di GOR Samapta, Magelang.

Menurut Pambang, selain pilar etika digital, tiga pilar literasi digital lainnya harus diketahui agar aman di ruang digital.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelong Imam Baihagi menekankan pentingnya komunikasi moral.

Sosial termasuk dunia digital.

“Untuk mencapai tatanan sosial yang dapat menjaga hubungan sosial yang baik, seharusnya moralitas menjadi landasan kehidupan yang paling penting, namun malah terkesan terabaikan. Padahal, moralitas menjamin rasa hormat dan hormat pada seseorang. sesama manusia,” jelasnya.

Imam melanjutkan, peserta harus memahami bahwa meskipun teknologi telah meningkatkan tatanan moral, namun moralitas tetap penting dalam ruang digital.

“Saat ini di era digital banyak sekali kekhawatiran mengenai permasalahan moral. Banyak permasalahan yang muncul akibat penyalahgunaan media digital, misalnya cyberbullying,” tegas Imam.

Menurutnya, moral dan etika bisa menjadi batasan dalam dunia digital agar tidak terjadi situasi buruk. Sejalan dengan itu, aktivis pendidikan alternatif & kontributor Islami.co, Ubaidilla Fatawi menegaskan, konsekuensi moral dunia digital akan menjadi jebakan bagi generasi muda di masa depan.

“Jejak digital, apapun yang kita posting di media sosial, akan terekam di platform. Kalau postingnya bagus, maka akan dikenali, begitu pula sebaliknya,” ujarnya.

“Resiko jangka panjangnya jika Anda memposting hal-hal buruk adalah Anda akan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Di zaman yang serba canggih ini, HR akan melakukan background check pada akun media sosial Anda,” dalihnya.

Menurut Ubaidilla, etika digital erat kaitannya dengan keamanan digital. Jadi, selain perlu bersikap etis, seseorang juga harus berhati-hati saat membagikan data pribadi.

“Berhati-hatilah saat memposting data pribadi Anda secara online, karena data ini dapat digunakan secara jahat untuk mengakses akun Anda, termasuk nama ayah Anda, nama ibu, tanggal lahir, dan alamat,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours