Momen Haru di FEB UGM, Orang Tua Mahasiswa Baru Ikut Kuliah Gantikan Putrinya yang Tiada

Estimated read time 3 min read

YOGYAKARTA – Rabu pagi (14/8/2024), suasana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM berbeda. Di barisan depan kelas, kehadiran pasangan lansia Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu menarik perhatian banyak orang.

Mereka jadi teringat putri mereka, Marchia R.M. Hutabarat, mahasiswa baru Program Studi Manajemen Angkatan 2024 yang meninggal dunia pada tanggal 17 Juni 2024. Kehadiran mereka di tengah berlangsungnya perkuliahan memberikan momen yang sangat emosional.

Baca Juga: Si Nurul, Peraih IPK 4,00 Program Magister UGM dari Fakultas Farmasi

Marchia, gadis asal Sangkarnihuta, Balige, Sumatera Utara, diterima menjadi mahasiswa baru Program Penelitian Manajemen UGM melalui Seleksi Nasional Berbasis Merit (SNBP). Namun Marchia tak sempat menikmati kehidupan kampus karena ia meninggal dunia sebelum sempat merasakan hiruk pikuk penerimaan mahasiswa baru dan perkuliahan.

Sebastian Hutabarat dengan suara gemetar menceritakan kisah hidup Marchia kepada siswa lainnya. Dengan berlinang air mata ia teringat betapa pintar dan berbakatnya putrinya.

Baca juga: Mengapa Putri Ariani Pilih Kuliah di Fakultas Hukum UGM? Alasannya adalah niat suci

Marchia selalu mendapat peringkat teratas di kelasnya dan memiliki hasrat membaca yang luar biasa. Namun, kehilangan tersebut meninggalkan luka mendalam pada keluarganya.

Imelda Tiurniari Napitupulu, ibunda Marchia pun menceritakan kronologis kepergian putrinya. Meski Marchia berfoto di depan gedung Pertamina Tower dan bangga dengan kampusnya, namun takdir berkata lain.

Saat berlibur di Nepal Van Java Magelang, Marchia tiba-tiba jatuh sakit dan tak kunjung sembuh. Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi keluarga, apalagi sebelumnya tidak ada tanda-tanda penyakit serius.

Baca juga: Frista menyelesaikan SD dalam 4 tahun

“Kemudian istri saya menelepon saya. Jangan salah, Marchia memulai. Sebastian, dari situs UGM, mengatakan, Jumat (16/8/2024), “Tiba-tiba perasaan saya jadi marah karena saya sedang jauh di Balige, sedangkan Marchia di Yogyakarta.”

Kali ini tak hanya menjadi kesempatan mengenang Marchia, tapi juga memberikan pelajaran berharga bagi siswa lainnya. Sebastiani dan Imelda mengenang pentingnya menjaga kesehatan dan mensyukuri setiap kesempatan.

Mereka berharap pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk memanfaatkan waktunya dengan baik dan menjaga keseimbangan dalam hidup.

Baca Juga: Anak Buruh Pabrik Bisa Kuliah Kedokteran di UGM Gratis, Begini Ceritanya

Sementara itu, wali kelas Rina Herani memberikan pesan mendalam kepada para siswanya agar tidak melewatkan kesempatan belajar di UGM. Ditegaskannya, kemampuan menjadi mahasiswa di salah satu kampus terbaik di Indonesia merupakan sebuah keistimewaan yang patut dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB UGM, Bayu Sutikno pun turut menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Marchia.

Ia mengenang, perjalanan Marchia dari Balige ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu merupakan sebuah bukti semangat dan dedikasi tinggi yang patut dijadikan contoh bagi mahasiswa lainnya.

Bayu mengatakan, kehilangan ini harus menjadi pengingat untuk selalu menjaga kesehatan dan memanfaatkan setiap kesempatan.

Di akhir pernyataannya, Bayu membela Marchia yang semangat dan perjuangannya akan menginspirasi keluarga besar UGM. Selamat tinggal Marchia, semangat dan perjuanganmu selalu menginspirasi kami.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours