Menlu Retno: Selandia Baru mitra penting Indonesia di Pasifik

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan Selandia Baru merupakan salah satu mitra penting Indonesia di kawasan Pasifik.

Untuk merayakan 66 tahun hubungan kedua negara, Retno mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters dalam bentuk Joint Ministerial Commission (JMC) di Auckland.

“Saya tegaskan sejak awal pertemuan bahwa Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera adalah kunci Indo-Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera,” kata Retno dalam keterangan tertulisnya.

Ia menekankan bahwa Indo-Pasifik yang damai tidak dapat dicapai hanya oleh satu negara. Namun hal itu memerlukan kerja sama dan kolaborasi banyak negara.

“Saya mengapresiasi dukungan berkelanjutan Selandia Baru terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. “Saya juga menyampaikan kesiapan dan kesediaan Indonesia untuk lebih memperkuat kerja sama dengan Selandia Baru dalam rangka Kerja Sama Ekonomi Samudera Pasifik dan Pembangunan Progresif,” ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu membahas berbagai isu kerja sama bilateral. Termasuk bertemu dengan masyarakat untuk menyusun protokol perbaikan tata kelola pendidikan yang siap ditandatangani. Diskusikan juga ketentuan perjanjian Visa liburan kerja

Dari sisi kerja sama ekonomi, Retno menyatakan perdagangan kedua negara mengalami peningkatan sebesar 13 persen dalam lima tahun terakhir.

Namun, ia mengatakan karena nilai perdagangan kedua negara menurun pada tahun lalu, maka masih perlu kerja keras.

Seluruh fasilitas perdagangan harus tersedia, termasuk melalui RCEP, untuk kembali meningkatkan angka perdagangan. “Indonesia menyambut baik penandatanganan Perjanjian Karantina yang diharapkan dapat membantu mengembangkan perdagangan pertanian,” kata Retno.

Selain kerja sama di bidang hortikultura, Indonesia telah melaksanakan program Regional Seasonal Employment (RSE) dan sejauh ini telah mengirimkan sekitar 870 tenaga kerja pertanian ke Selandia Baru.

“Kerja sama ini dimulai pada tahun 2007 dan pada sebuah konferensi. Saya akan menekankan harapan Indonesia untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja asal Indonesia saat ini,” ujarnya.

Kedua negara mempunyai banyak kerja sama di bidang halal. dan mengupayakan kerja sama antar pemerintah untuk saling mengakui sertifikasi halal.

Retno kembali mengajak Selandia Baru untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Ketahanan perjalanan dan pangan, termasuk di sektor energi

Menghargai komitmen Indonesia untuk mendukung NZ$15,7 juta (sekitar Rp 151 miliar) untuk kerja sama energi panas bumi untuk Proyek Panas Bumi Indonesia-Aotearoa (PINZ).

Selain itu, terkait kerja sama pembangunan, Retno menandatangani deklarasi kerja sama tahun 2024-2026 antara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia pada 17 Juli. Untuk mendorong kerja sama pembangunan yang lebih intensif dan sejalan dengan rencana pembangunan Indonesia.

Retno juga mengajak Selandia Baru untuk bekerja sama mengembangkan proyek segitiga di kawasan Pasifik. Selain menggunakan Pusat Pelatihan Pertanian Regional buatan Indonesia di Raki-Raki, Fiji, negara-negara lain di kawasan Pasifik juga dapat menggunakan fasilitas tersebut.

Di bidang kerja sama keamanan, Menlu Retno dan Menlu Peters membahas pemberantasan kejahatan lintas batas. Melawan terorisme, keamanan siber dan maritim, serta upaya menciptakan dunia tanpa senjata nuklir.

“Kami membahas ancaman keamanan non-tradisional. Ini termasuk penipuan online, perjudian online, perdagangan manusia, dan perdagangan narkoba,” katanya.

Kedua negara memiliki mekanisme dialog pertahanan. Dan Indonesia akan menjadi tuan rumah pembicaraan pertahanan bilateral di Jakarta pada September mendatang.

Lebih lanjut, ketika berbicara mengenai kerja sama perlindungan lingkungan hidup, Retno menjelaskan bahwa Indonesia dan Selandia Baru telah menjalin kerja sama di bidang energi panas bumi sejak tahun 1970-an melalui proyek Kamojang di Garut, Provinsi Jawa Barat.

Menurut Retno, kerja sama di bidang energi panas bumi sangat penting untuk mendukung upaya transisi energi Indonesia.

“Kolaborasi masa depan antara Indonesia dan Selandia Baru diharapkan dapat mendukung upaya Indonesia untuk mencapai emisi nol karbon sebelum tahun 2017 dan mendorong upaya global untuk memerangi perubahan iklim.”

Pada bulan September, Indonesia dan Selandia Baru berencana menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) mengenai energi terbarukan dan konservasi. Hal ini menimbulkan bayangan kerja sama perlindungan lingkungan hidup kedua negara.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours