Isu Presidium Jelang Kongres IKA ITS: Kebutuhan Organisasi atau Gimmick Bagi-bagi Kursi?

Estimated read time 5 min read

Dzulfikar Arifuddin

Sekretaris Jenderal IKA PWJR ITS 2019-2023

PADA tanggal 10 November 1957, Presiden pertama Republik Indonesia, Dr. Ir Soekarno, membuka Sekolah Tinggi Teknik Sepuluh Nopember di Bandara Morokrembangan, Surabaya. Berdasarkan PP No. 9 Tahun 1961, perguruan tinggi teknik tersebut kemudian dikenal dengan nama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tahun ini, setelah 67 tahun, ITS melahirkan ratusan ribu mahasiswa. Sejak wisuda ke-129 pada 20-21 April 2024, ITS tercatat telah meluluskan 115.894 alumni dari jenjang diploma hingga doktor di seluruh tanah air, dan lintas benua, serta mengikuti berbagai bidang di seluruh dunia.

ITS atau Ikatan Alumni IKA ITS didirikan di Surabaya pada tanggal 2 Mei 1967. Untuk pertama kalinya Anggaran Dasar/Anggaran Rumah IKA ITS dikukuhkan pada Kongres Alumni ITS pada tanggal 28 November 1975. Pada bulan Agustus tahun ini akan diadakan konferensi. dan agenda utama pemilihan ketua umum IKA ITS.

Langkah terdekatnya adalah menyeleksi calon ketua umum dengan menggunakan one man one vote. Lima calon terbaik akan dipresentasikan pada kongres untuk dipilih menjadi Ketua Umum IKA ITS. Dalam lima kampanye di berbagai daerah, banyak bermunculan isu-isu yang diajukan oleh para calon dan pendukungnya, termasuk pembahasan usulan administrasi bersama IKA ITS (presidium).

Usulan ini memerlukan kajian yang sangat detail dan komprehensif, tidak boleh singkat pembahasannya, singkat pemikirannya, dan pendek pelaksanaannya. Ada baiknya mengajukan banyak pertanyaan untuk membuktikannya. Benarkah proses ini akan menjadikan organisasi stabil dan kohesif? Apakah sistem presidium tersebut sesuai dengan kompleksitas tantangan yang dihadapi bangsa dan pemerintahan saat ini?

Jika kita baca secara mendalam, lembaga presidium merupakan salah satu jenis struktur organisasi yang memimpin tidak hanya satu orang, melainkan sekelompok orang yang disebut presidium. Presidium mempunyai banyak anggota yang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam mengambil keputusan dan dalam menjalankan kegiatan organisasi.

Sistem ini sering digunakan pada organisasi nirlaba, lembaga pendidikan, atau kelompok kerja yang memerlukan pemerataan kekuasaan. Banyak contoh di dunia pendidikan yang menerapkan proses ini dan sebagian besar penuh dengan kontroversi yang berkepanjangan (lihat berbagai kontroversi di perguruan tinggi swasta di negeri ini).

Apakah pantas dan mendesak bagi organisasi alumni ITS untuk mengadopsi program ini? Apakah itu yang utama, adakah yang lebih penting dan penting dari itu?

Walaupun model kepengurusan dengan presidium sudah banyak contohnya di Indonesia, namun kita harus mencermati dan melihat kekuatan yang besar – walaupun banyak hal yang ditekankan dengan pemerataan kekuasaan, keputusan bersama – dalam prakteknya masih banyak cacat dan kelemahan pada presidium. sistem. Apalagi kebutuhan zaman yang semakin berkembang pesat dan justru hal ini menjadi kelemahan baru bagi organisasi. Untuk itu dalam organisasi kemahasiswaan kita harus kita renungkan apakah layak untuk diusahakan atau malah akan semakin menambah kekacauan administrasi dan konflik, sehingga hal ini harus menjadi perhatian dan kepedulian kita bersama. Untuk itu mari kita coba mendalami berbagai aspek Kepemimpinan pada organisasi yang mempunyai sistem presidium, kita akan menjumpai kurangnya kejelasan kepemimpinan dalam organisasi yaitu tidak adanya pemimpin pusat. Hal ini menciptakan ambiguitas wewenang dan tanggung jawab, serta memudahkan organisasi kehilangan arah. Dalam situasi darurat atau ketika perlu mengambil keputusan yang mendesak, proses pengambilan keputusan bisa berjalan lambat karena harus melakukan pembahasan dan mufakat antar seluruh anggota presidium, dan juga ada kemungkinan terjadinya deadlock atau kebuntuan jika bukan anggota presidium. presidium dapat mencapai kesepakatan Manajemen Organisasi Dari sudut pandang manajemen organisasi atau manajemen dalam sistem organisasi presidium, pengelolaan dan pengkoordinasian kegiatan antara banyak orang bisa sangat sulit, kemungkinan konflik antara anggota presidium dan anggota administrasi dapat meningkat. karena adanya perbedaan pendapat dan sikap, apalagi timbul gosip dan hal-hal negatif lainnya mengenai reaksi terhadap suatu hal, apalagi jika terdapat benturan kepentingan dan benturan kepentingan. Dalam hal implementasi kebijakan, hal ini bisa jadi sulit karena masing-masing anggota presidium mempunyai pendapat berbeda mengenai bagaimana kebijakan tersebut harus diimplementasikan.

Tanggung Jawab Bagaimana dengan tanggung jawab organisasi? Dengan tanggung jawab bersama, sulit untuk menegakkan tanggung jawab individu, tanggung jawab bersama dapat mengarah pada transparansi, dimana tidak ada seorang pun yang merasa benar-benar bertanggung jawab atas suatu tugas atau keputusan. Selain itu, pergantian kepemimpinan dapat menyebabkan gangguan jangka panjang dalam proses yang sedang berjalan, karena perbedaan gaya kepemimpinan di antara anggota presidium dapat mengakibatkan inkonsistensi dalam penerapan kebijakan dan prosedur.

Model kepemimpinan kolektif yang diusulkan, meski membawa semangat perubahan, namun dalam praktiknya mungkin menghadirkan beberapa tantangan berat, terutama terkait konsistensi dan kesinambungan proses kerja. Kepemimpinan yang sama setelah beberapa bulan dapat menyebabkan kurangnya kesinambungan dan keberlanjutan pelaksanaan program dalam jangka panjang. Selain itu, pembagian tanggung jawab yang terlalu luas dapat menimbulkan kebingungan dan tumpang tindih dalam pengambilan keputusan strategis.

Belum lagi, kita melihat fluktuasi kekhawatiran, perbedaan dan kesenjangan dalam generasi dan pematangan motivasi, kepentingan dan keprihatinan yang berbeda dari para anggota. Usulan ini dapat menjadi permasalahan baru dan konflik baru yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat antara pengurus departemen dan antara pengurus departemen dengan pengurus daerah, sebelum kongres, pada saat kongres, dan setelah kongres.

Dari perubahan-perubahan yang telah dilakukan selama ini, banyak permasalahan mendesak yang perlu kita selesaikan pada kongres mendatang yang juga terbatas waktunya. Jangan sampai kita menyimpang dari fokus ini dengan memperkenalkan model kepemimpinan baru yang dapat mengalihkan perhatian dari tujuan utama konferensi, dan menimbulkan diskusi berbeda, permasalahan dan konflik baru yang akan berlangsung lama karena tidak dipersiapkan dan dipelajari dengan baik. . . dan secara mendalam.

Dalam organisasi besar seperti IKA ITS, kepemimpinan yang kokoh dan kuat sangat penting untuk mencapai tujuan bersama dan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya kepada para alumni.

Saya berharap Kongres IKA ITS mendatang dapat berlangsung secara menyeluruh, jelas, dan fokus pada tujuan utama, salah satunya adalah pemilihan Ketua Umum sesuai AD/ART. Semoga hasil kongres ini tidak hanya memperkuat internal IKA ITS, namun meningkatkan kontribusi nyata alumni ITS terhadap pembangunan bangsa dan negara.

Dengan semangat persatuan dan komitmen yang kuat, saya yakin IKA ITS akan terus maju dan menjadi mitra strategis yang dapat diandalkan oleh pemerintah dan berbagai sektor lainnya. Mari kita bersinergi untuk mencapai visi dan misi organisasi ini, menjadikan IKA ITS sebagai platform yang semakin berkontribusi dan berdampak positif bagi seluruh anggotanya dan masyarakat pada umumnya.

VIVA!!!! Panjang umur ITS, panjang umur ITS, panjang umur ITS!

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours