Menlu Retno tak akan jauh dari kegiatan diplomasi setelah “pensiun”

Estimated read time 3 min read

Beijing (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tak berniat lepas dari aktivitas diplomasi usai “lengser” dari jabatan puncak Kementerian Luar Negeri.

“Darah saya adalah darah diplomat. Menjadi diplomat adalah satu-satunya pekerjaan yang saya jalani selama hampir 40 tahun. Jadi menurut saya apapun aktivitas yang saya lakukan tidak akan berhasil asal ada aktivitasnya,” kata Menlu Retno. kata Marsudi kepada ANTARA di Beijing. , Jumat (23 Agustus).

Hal itu diungkapkan Retno saat diwawancarai usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada pertemuan ke-5 Komisi Gabungan Kerja Sama Bilateral (JCBC) di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.

“Tapi saya yakin (setelah tidak jadi menlu) akan ada kegiatan yang lebih banyak, tidak jauh dari itu, tapi ya, mari kita nikmati masa pensiun saya. Saya sudah bekerja hampir 40 tahun. Saatnya hidup untuk menikmati, ” tambahnya. Secara teratur.

Satu hal yang pasti akan ia lakukan adalah menikmati waktu bersama keluarganya.

“Setelah saya pensiun, saya akan punya cucu, ha ha ha. Saya akan punya cucu yang cantik-cantik,” kata Retno sambil tertawa.

Retno diketahui sudah memiliki empat orang cucu. Cucu terakhirnya, Mangkubumi Rajasatya Marsudi, lahir pada 12 Juli 2024.

Retno L.P. Marsudi merupakan diplomat perempuan pertama yang menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia. Ia diangkat pada 27 Oktober 2014.

Wanita kelahiran Semarang pada 27 November 1962. Menikah dengan Agus Marsudi, seorang arsitek.

Mereka dikaruniai dua orang putra, yakni Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi yang keduanya juga sudah berkeluarga.

Retno Marsudi lulus dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1985. Dia juga belajar di Hague Hogeschool di Den Haag, Belanda, dan di Universitas Oslo, Norwegia.

Sejak bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada tahun 1986, beliau telah menduduki berbagai jabatan, antara lain jabatan di KBRI Canberra, Australia (1990-1994); bertugas di KBRI Den Haag, Belanda (1997-2001) dan Direktur Kerja Sama Internal dan Antarwilayah Amerika dan Eropa (2001-2003).

Kemudian menjadi direktur Eropa Barat (2003-2005); Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia (2005-2008); Managing Director Amerika dan Eropa (2008-2012); Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012-2014) menjadi Menteri Luar Negeri pada bulan Oktober 2014 hingga saat ini.

Selama karir diplomatiknya, ia juga menerima beberapa penghargaan di dalam dan luar negeri

Penghargaan dari Tanah Air antara lain “People of the Year Award” Metro TV (18 November 2020), “KORPRI Lifetime Achievement Award” (28 November 2020), “Public Leader Awards” Berita Satu Media Holdings (23 Februari 2021), Honorary Diploma for Hidro-Oseanografi dari Kepala Staf Angkatan Laut (19 Oktober 2021), “Most Popular Leader in Social Media 2021” dari PR Indonesia (10 Desember 2021).

Penghargaan internasional antara lain “Order of Merit” dari Pemerintah Norwegia (Desember 2011), “The Knight Grand Cross in the Order of Orange-Nassau” dari Pemerintah Belanda (12 Januari 2015), penghargaan “Agent of Change” dari Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) pada tanggal 21 September 2017 “El Sol del Peru” atau “Matahari Peru” (24 Mei 2018) dan “Malalai Medal of Honor” oleh Presiden Ashraf Ghani dari Afghanistan (1) ) ; Maret 2020).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours