Kisah Eks Pasukan Jepang di Malang yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia

Estimated read time 2 min read

Perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah 17 Agustus 1945 penuh dengan kepahlawanan dan pengorbanan. Di balik pertempuran yang terus berkecamuk melawan agresi tentara Belanda, terdapat kisah unik sekelompok mantan tentara Jepang yang memilih memihak Indonesia. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa semangat kemerdekaan mampu melampaui batas nasionalisme dan sejarah militer.

Setelah Jepang kalah perang dan menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia, beberapa mantan tentara Jepang memutuskan untuk tidak kembali ke negaranya. Banyak tentara Jepang yang tergabung dalam pasukan pendudukan di Malang mundur. Berempati dengan perjuangan bangsa Indonesia, ia memutuskan untuk mengangkat senjata melawan pasukan Belanda yang kembali menduduki tanah air.

Eko Irawan, sejarawan asal Malang mengungkapkan, di antara mantan tentara Jepang tersebut ada yang membentuk pasukan khusus yang dikenal dengan nama Pasukan Gerilya Khusus (PGI). “Pasukan ini terdiri dari eks tentara Jepang yang memilih ikut berperang bersama Indonesia untuk melawan Belanda,” jelas Eko saat ditemui di Museum Reenactor Malang.

Menariknya, beberapa mantan tentara Jepang bahkan mengubah identitasnya dengan mengganti nama atau masuk Islam. Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah Tatsuo-Ichiki yang kemudian berganti nama menjadi Abdul Rahman. Ia mengumpulkan puluhan mantan tentara Jepang di wilayah Blitar dan Malang dan membentuk PGI di bawah komando Brigade Surahmad. Atau lebih dikenal dengan Brigade “S”.

Kehebatan PGI tidak bisa dianggap remeh. Dengan pelatihan militer yang mereka miliki, para mantan tentara Jepang ini mampu melakukan serangan gerilya yang sangat terorganisir dan efektif. Salah satu penyerangan yang paling berkesan adalah pada tanggal 3 Oktober 1948, ketika PGI bersama anak buah Wajak menyerang kantor pos Belanda di Tompan. Serangan yang cepat dan tepat dilakukan dengan menggunakan bahan peledak dan taktik pembakaran yang membakar asrama pasukan Belanda dan menewaskan tiga tentara musuh.

“Serangan ini tidak hanya menghancurkan kubu Belanda di Tumpang, tetapi juga menunjukkan bahwa para eks tentara Jepang yang tergabung dalam PGI memiliki kemampuan militer yang sangat tinggi bahkan membingungkan pasukan Belanda yang awalnya mengira mereka adalah pejuang gerilya biasa,” ujarnya. ramah lingkungan.

Hari ini, Tempat-tempat bersejarah seperti Pasar Jerulama dan Kantor Kecamatan Tumpang yang pernah diam-diam menyaksikan perlawanan heroik ini, berdiri bersatu, Ini berisi kisah-kisah perjuangan dan keberanian. Kisah para mantan tentara Jepang ini tidak hanya mewarnai sejarah revolusi Indonesia, tetapi juga mengingatkan kita bahwa sekutu dalam perjuangan kemerdekaan bisa datang dari tempat yang tidak terduga.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours