UNDP: Atasi masalah pekerja migran bukan cuma soal kebijakan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) di Indonesia, Narimasa Shimamura menegaskan, penyelesaian persoalan buruh migran tidak hanya soal politik, tapi juga soal hak asasi manusia dan keadilan sosial.

“Dengan meningkatkan manajemen migrasi, kita dapat memaksimalkan potensi migran untuk berkontribusi terhadap perekonomian, memperkuat kohesi sosial dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.

Hal itu disampaikan Shimomura pada acara “Simposium Nasional: Pengelolaan Migrasi untuk Pembangunan Berkelanjutan” yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) dan PBB di Indonesia, Selasa.

Menurutnya, perbaikan manajemen imigrasi merupakan peluang untuk membangun masa depan di mana setiap pekerja migran dihargai, dilindungi, dan memiliki peluang untuk sukses.

Ia mengatakan Program Manajemen Migrasi untuk Pembangunan Berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan manajemen migrasi di tingkat nasional dan regional.

“Di tingkat regional, kami mengidentifikasi kesenjangan kebijakan dan mendukung pengembangan pedoman teknis bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan, rencana, dan anggaran migrasi yang responsif gender,” kata Shimamura.

Di tingkat nasional, UNDP memfasilitasi kerja sama antarlembaga dengan menyelaraskan Global Compact on Migration (GCM) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2025-2029.

Menurut Shimomura, pengelolaan imigrasi yang efektif memberikan manfaat bagi jutaan pekerja migran Indonesia dan keluarganya, memberikan akses terhadap kesempatan kerja yang aman dan adil serta meningkatkan perekonomian keluarga dan masyarakat.

Ia mengatakan pihaknya mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di negara-negara pengirim dan penerima pekerja migran dengan menyelaraskan kebijakan imigrasi dengan tujuan pembangunan bersama.

“Oleh karena itu, kita harus berusaha memaksimalkan manfaat, seperti peningkatan pengiriman uang, peningkatan keterampilan bagi mereka yang kembali, dan ikatan sosial dan ekonomi yang lebih kuat antar negara,” kata Shimamura.

Pemerintah Indonesia mengadopsi GCM untuk mengatasi tantangan yang dihadapi pekerja migran dengan menyelenggarakan program kerja sama “Pengelolaan Migran untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”.

Program kerja sama yang dilaksanakan pada tahun 2022-2024 mencapai tiga hasil penting.

Pertama, memperkuat manajemen imigrasi dengan mempertimbangkan isu gender. Program ini berkontribusi pada pengembangan indikator manajemen migrasi, sesi pelatihan khusus dan dialog mengenai migrasi berbasis gender di tingkat nasional dan regional.

Kedua, membangun kapasitas pemerintah di tingkat daerah melalui pelatihan khusus di tingkat daerah. Program ini meningkatkan kapasitas lebih dari 3.000 pemangku kepentingan untuk mencegah dan merespons kekerasan dan perdagangan manusia.

Ketiga, mendorong pembiayaan berkelanjutan yang inovatif. Program ini telah mengembangkan dan menguji coba tiga inisiatif pembiayaan dan pemberdayaan ekonomi yang sensitif gender dan inovatif untuk mendukung pekerja migran dalam memperkuat potensi ekonomi mereka.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours