Tiga kartu merah Liga 2 dan misi jaga marwah kompetisi

Estimated read time 5 min read

Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) – Tiga kartu merah yang dikeluarkan wasit pada laga Dejan FC melawan Sriwijaya FC pada laga pembuka Liga 2 2024-2025 di Stadion Kera Sakti Tangsel, Provinsi Banten harus dijadikan bahan. untuk penilaian bersama.

Tiga kartu merah, baik langsung karena pelanggaran berat atau dua kartu kuning, harus menjadi catatan bagi tim, pemain, pelatih, manajer dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk badan wasit, wasit lapangan.

Kondisi tersebut tak boleh dianggap biasa pada laga pembuka kompetisi nasional. Namun, tiga kartu merah merusak pertandingan ‘pameran’ pertama pertandingan Ligue 2 2024-25.

Ini bisa menjadi pertandingan pembuka dari sebuah kompetisi dengan kartu merah terbanyak dalam sebuah pertandingan, baik karena pelanggaran murni atau faktor lain dalam dinamika lapangan.

Setiap tim harus bercermin pada pertandingan pertama, agar tidak terulang lagi di pertandingan berikutnya. Jika diperlukan, organisasi yang berwenang menjadi tuan rumah kompetisi Liga 2 akan segera melakukan sidak pada pertandingan pertama.

Teknologi sangat mendukung kualitas penilaian dan pencocokan yang lebih baik. Selain statistik penguasaan bola, jumlah assist, jumlah pelanggaran, jumlah tendangan sudut dan urusan administrasi pertandingan, peraturan tim peserta sudah lengkap dalam suatu kompetisi dan sistem penegakan hukum.

Pada pertandingan Dejan FC melawan Sriwijaya FC, Abanda Rahman dan Dendi dari Sriwijaya FC serta Guntur Triaji dari Dejan FC mendapat kartu merah. Srieijaya FC harus menerima keunggulan Dejan FC 0-1. Sriwijaya FC harus bertanding dengan sepuluh orang sejak awal babak kedua.

Jelas terlihat bahwa dua kartu merah yang diterima di game pertama sedikit merugikan sebuah tim, karena dipastikan kedua pemain tersebut tidak akan bisa bermain di dua game berikutnya di kompetisi tersebut sehingga jelas akan terjadi. mempunyai efek. di tim.

Selain itu, tim juga harus membayar denda sebesar yang ditentukan dalam peraturan kompetisi untuk kartu kuning dan kartu merah. Memang nilainya tidak tinggi, namun “cap” itu untuk pemain dan performa tim. Dikatakan pula bahwa kumpulan kartu yang diperoleh pemain sangat menentukan evaluasi untuk menentukan tim terbaik, pemain terbaik dan terutama untuk menentukan tim fair play.

Terlepas dari kekalahan tersebut, yang jelas perlu dilakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap permainan terhadap pola dan strategi permainan serta personel para pemain agar kartu merah tidak terulang kembali.

Hal ini memang bukan keinginan setiap pemain, namun setidaknya ini juga menjadi pembelajaran berharga agar tim terhindar dari kekalahan akibat minimnya penampilan pemain yang sebenarnya diharapkan bisa menjadi kekuatan tim. Diskusi dan pelatih dari hati ke hati dengan para pemainnya.

Sebuah tim mempunyai karakter, termasuk tim yang selalu ditandai dengan permainan keras, meski hal tersebut hampir tidak ada lagi di sepakbola modern. Edukasi yang dilakukan PSSI dari waktu ke waktu dilakukan untuk menciptakan lingkungan kompetitif, berkualitas, menyenangkan, dan dikemas secara elegan.

Permainan tanpa kartu akan menjadi tidak ada artinya tanpa kegembiraan. Permainan bertempo tinggi tanpa kartu masih sangat seru untuk ditonton. Sikap pemain saat melayani pemain lawan di lini tengah menjadi salah satu hal yang menentukan kualitas permainan. Karakter dan kedisiplinan dalam menjaga emosi dalam permainan meski dalam kondisi kritis juga lebih baik dan memungkinkan tim tetap membuka peluang.

Namun khusus di akhir atau menit-menit terakhir, biasanya terjadi peningkatan tensi permainan, emosi, dan daya tarik bermain keras. Di sinilah biasanya sebuah tim mempunyai waktu yang rentan, sehingga tidak sedikit tim yang gagal melewati masa tambahan waktu sehingga mengakibatkan kegagalan dalam mengamankan kemenangan atau mengejar ketertinggalan karena kontrol permainan yang kacau karena tidak adanya perlawanan, emosi. dan meninggalkan rencana permainan yang diarahkan oleh ahli taktik.

Ini mendukung dan melindungi moral

Penonton sendirilah yang akan menikmati suatu permainan, baik mereka mendukung salah satu tim maupun menjadi penonton netral. Mereka bisa menilai suatu pertandingan atau rangkaian permainan sehingga kualitas performa suatu tim juga menentukan jumlah suporter yang hadir di setiap pertandingan.

Pemirsa atau pengamat kini mempunyai banyak pilihan untuk memberikan kritik dan masukan. Selain berteriak lantang di tribun stadion, mereka juga bisa melontarkan kritik dan saran melalui media sosial yang langsung menjadi wadah diskusi, mereka merasa terhubung dengan para juri.

Tim dapat membaca pesan secara langsung. Rugi juga jika sebuah tim tidak memanfaatkan potensi “orang ke-12” untuk membangun kekuatan timnya.

Kemudian komunikasi ini juga berarti tidak ada lagi alasan bagi setiap tim atau pimpinannya untuk terserap dalam team building. Secara teknis, ini adalah kewenangan manajemen tim, namun fans, seperti halnya pemain ke-12, tidak bisa lepas dari kontribusinya, termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensinya untuk nilai jual tim.

Reaksi positif dan negatif akan tersebar seketika di dunia maya, semua berdasarkan opini, data, fakta, serta jajak pendapat dan analisis.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir sendiri mewanti-wanti seluruh tim yang berkompetisi di Liga 1 dan Liga 2 untuk tetap menjaga semangat berkompetisi dan tidak menoleransi tindakan yang dapat merendahkan nilai kompetisi. Salah satu yang ditonjolkan adalah perbaikan game. Erick berkali-kali mengatakan dan tak segan-segan membawa pelakunya ke pengadilan.

Di sisi lain, seluruh level kompetisi harus menjaga komitmennya dalam mengembangkan pemain muda dan memberikan kesempatan kepada pemainnya untuk dibina dan direkrut ke timnas. Kompetisi Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 menjadi wadah bagi para bintang dan calon bintang untuk menjadi bintang tanpa terhalang oleh tingkat persaingan.

Adanya kompetisi Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 menjadi etalase sepak bola nasional, semua strata harus tetap dipertahankan tanpa diskriminasi dan prioritas. Memang tidak mudah untuk menggerakkan roda kompetisi yang memiliki banyak level dengan banyak tim dan pemain. Namun setidaknya setiap poin regional diharapkan diwakili oleh tim yang berlaga di liga nasional.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours