Dokter: Cemas dan stres berkepanjangan picu munculnya sakit jantung

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Purwokerto Profesor Dr Margono Soekarjo, Rio Probo Kaneko mengatakan, kecemasan atau stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit jantung.

“Paparan stres secara kumulatif (jangka panjang) dapat meningkatkan risiko penyakit jantung,” kata Rio Probo Kaneko dalam kegiatan diskusi online “Menjaga Kesehatan Jantung AZ” yang disponsori Ysgol ANTARA, Rabu lalu.

Ia menjelaskan, stres berkepanjangan menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon berlebih seperti epinefrin, kortisol, dan dopamin.

Peningkatan hormon ini, lanjutnya, merupakan pertanda buruk bagi kesehatan jantung pada seseorang yang menderita stres atau kecemasan berkepanjangan. Dampak negatif tersebut pada penampilan kerja jantung akan menjadi lebih berat sehingga jantung berdetak lebih cepat.

“Dari penelitian dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, kemudian terjadi peradangan pada pembuluh darah jantung dan juga peningkatan kerja jantung, detak jantung yang cepat, tekanan darah tinggi yang berujung pada risiko penyakit jantung. penyakit jantung, baik koroner maupun lainnya.

Namun, lanjutnya, stres yang bersifat sementara tidak membahayakan jantung. Penyebab penyakit jantung adalah seseorang yang mengalami kecemasan dan stres hanya dalam jangka waktu lama.

Padahal, menurut penelitian saat ini, kata dia, seseorang bisa saja mengalami penyakit jantung akibat rasa cemas dan stres yang berkepanjangan, jika mengalaminya dalam waktu 6 hingga 12 bulan.

“Ada banyak penelitian yang sebagian besar dilakukan di luar negeri, bahwa paparan stres kronis yang dialami selama 6 hingga 12 bulan dapat menyebabkan sakit jantung,” ujarnya.

“Kalau hanya khawatir atau stres 1 sampai 2 hari saja tidak ditanggung,” kata Rio.

Dokter yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Purwokerto ini menjelaskan, sangat perlu untuk mengelola stres dan kecemasan berlebihan.

Ketika perasaan tersebut muncul, ia menyarankan untuk melepaskannya dengan bercerita kepada orang terdekat dan terpercaya atau menemui psikiater. Hal ini dilakukan untuk melepaskan emosi dan perasaan tidak nyaman dari pikiran.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours