“Kami Memohon”, kisahkan manusia dikutuk jadi pohon

Estimated read time 4 min read

Denpasar (ANTARA) – Manusia dan pepohonan, dua makhluk yang sama-sama hidup di bumi. Bedanya, manusia tidak secara alami membantu pohon untuk hidup, namun pohon secara alami membantu manusia karena menghasilkan oksigen, unsur yang dibutuhkan manusia, dan menyerap karbon dioksida, yang merupakan racun bagi manusia. Pohon mempunyai banyak kontribusi bagi manusia dan seluruh makhluk hidup. Tidak hanya menyediakan oksigen gratis, tetapi juga menyediakan penyimpanan karbon yang tidak dimiliki makhluk hidup lain di Bumi. Pepohonan berperan penting dalam mengurangi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Pohon berfungsi menyimpan karbon yang merupakan sumber utama pemanasan global. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan, satu hektare yang ditumbuhi pohon-pohon besar akan menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 orang per hari, dan mampu menyerap 2,5 ton karbon dioksida. Satu hektar pohon juga mampu menyimpan 500 meter kubik air tanah per tahun dan juga mampu mengalirkan 4.000 liter air per hari. Hasilnya 3-0 untuk keunggulan pohon, belum lagi keunggulan lain dari pohon yang akarnya mampu menahan air, kayunya bisa dijadikan bahan rumah, furniture, peralatan kerja dan masih banyak lagi. Untuk menyeimbangkan kebaikan pohon bagi keberlangsungan kehidupan, manusia juga perlu melakukan sesuatu agar semakin banyak pohon yang terjaga dan terus beregenerasi. Manusia menjadi pohon Bisakah sebaliknya jika manusia menjadi pohon? Jadi inilah yang diceritakan dalam web series “We Beg”, sebuah film satir untuk masyarakat. Film ini juga mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap alam, khususnya pohon yang merupakan anugerah penguasa alam untuk membantu manusia. Pada peluncuran web series Dinas Lingkungan Hidup Djarum Foundation di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali, Rabu malam (18/9), para jurnalis diajak melihat karya seni yang sengaja dibuat untuk menginspirasi generasi muda agar peduli terhadap lingkungan. Film berdurasi 45 menit dengan tiga episode ini, sejak episode pertama, telah mengangkat gagasan apakah manusia bisa berubah menjadi pohon. Artinya pohon, seperti halnya manusia, juga memiliki perasaan. Sejumlah pesan tentang kelestarian lingkungan muncul melalui narasi cerita yang diperankan oleh lima tokoh utama, yakni empat orang mahasiswa yang melakukan praktik pengabdian lingkungan di Desa Mohon Asri dan tokoh sentral, Embah Beringin. Pesan untuk tidak mencabut pohon sembarangan, tidak merusak pohon, dan bahwa pohon adalah penolong manusia karena menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida, serta lapisan ozon yang semakin menipis, muncul di tengah-tengah cerita. Ilustrasi pohon yang mempunyai perasaan, juga mempunyai mata dan tangan. Pohon juga akan menjerit dan menangis jika dirusak, cabangnya dipotong atau bahkan akarnya dicabut. Bagaimana pohon menangis saat Morgan yang diperankan Mang Osa menggaruk kulit pohon hingga mengukir ilustrasi cintanya pada Lestari yang diperankan Amara Sophie? Representasi karakter manusia

Menurut sutradara film “Kami Mohon”, Ahmad Romi, keempat karakter pelajar tersebut merupakan representasi sifat manusia terhadap lingkungan. Ada yang suka merusak, ada yang tak peduli, ada yang ikut-ikutan, dan ada pula yang selalu bersuara lantang untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Menurut Romi, tokoh Witan yang diperankan Arnold Leonard merupakan tokoh yang banyak memiliki literasi untuk memperkuat kesadaran lingkungan dan berani mengungkapkannya. Angka tersebut merupakan cerminan dari para penggiat lingkungan hidup dan ilmuwan yang selalu menggali secara ilmiah dan mencari data pendukung bahwa lingkungan yang rusak akan menimbulkan bencana bagi manusia. Maka kelompok ini terus bersuara mengingatkan pentingnya menanam pohon, menjaga hutan, menjaga kualitas sungai agar ekosistem tetap terjaga dan tidak berujung pada bencana. Web series “Ons Bedel” akan tayang setiap hari Sabtu, mulai tanggal 21 September 2024 pukul 19.00 WIB di akun YouTube Siap Darling (https://www.youtube.com/c/Siapdarling). mampu menarik penonton, seperti web series sebelumnya. Empat web series sebelumnya yaitu “Prince Darling” (2020), “Jumpa” (2022), “Healing Trip” (2022), dan “Pusaka” (2023) telah mengumpulkan lebih dari 17 juta views. Film “We Beg” juga tampil dengan nuansa horor, seperti serial “Pusaka” sebelumnya, lebih bernuansa horor karena 70 persennya menggambarkan suasana malam hari. Film tersebut sebenarnya diambil di dalam hutan, yakni di kawasan Cipaniis, Kuningan, di kaki Gunung Ciremai. Direktur Komunikasi Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara menjelaskan, sejak tahun 2018 BLDF mengkampanyekan konservasi lahan melalui gerakan Siap Darling dengan memberdayakan generasi muda sebagai ujung tombak program tersebut. Gerakan menyebarkan konten-konten positif melalui platform media sosial tentang kegiatan cinta lingkungan dan bumi dinilai efektif sehingga melahirkan generasi yang tidak hanya peduli terhadap lingkungan tetapi juga melakukan aksi. Hingga saat ini, program BLDF telah menanam 2,3 juta pohon yang melibatkan 10.500 mahasiswa dari lebih 240 kampus. Penanaman tersebut juga mencakup 1,1 juta tanaman mangrove di berbagai daerah. Sasaran kegiatan cinta lingkungan adalah generasi muda karena merekalah yang akan memegang kendali pemerintahan dan masyarakat. Jika ingin mengetahui kisah bagaimana manusia dikutuk menjadi pohon, dan cara mematahkan kutukan tersebut, tontonlah filmnya di channel YouTube. ,

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours