Menyelami kekayaan alam dan tradisi sambil minum kopi di Sumut

Estimated read time 5 min read

MEDAN (ANTARA) – Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang kaya, antara lain pertambangan, perikanan, pariwisata, pertanian, dan perkebunan.

Ibu kota Sumatera Utara adalah Medan, rumah bagi resor wisata Danau Toba yang indah. Negara bagian ini terkenal dengan potensi pertambangannya yang besar, termasuk minyak, panas bumi, batu bara, belerang, emas, dan mineral lainnya.

Sementara itu, pesisir barat dan timur Sumatera Utara serta Samudera Hindia juga mempunyai potensi perikanan yang sangat luas. Potensi penangkapan ikan di kawasan ini diperkirakan mencapai ratusan ribu ton per tahun.

Di bidang pertanian, Sumatera Utara terkenal dengan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dijual ke berbagai provinsi lain. Daerah ini termasuk Tanacaro. Sedangkan dari segi perkebunan, negara terkenal dengan produksi kelapa sawit, karet, kopi, coklat, tembakau, kelapa dan lain-lain.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, luas areal budidaya di wilayah tersebut kurang lebih 1.999.403 hektar atau mencakup 27,89% luas Provinsi Sumut. Total hasil perkebunan sebanyak 4.411.536,55 ton yang meliputi kelapa sawit, karet, kopi, coklat, tembakau, kelapa dan hasil lainnya.

Pelajari tentang kopi Sumatera Utara

Berdasarkan data BPS, Sumut menyumbang sekitar 72.000 ton produksi kopi nasional pada tahun 2010 hingga 2019, yang meliputi kopi Arabika sebanyak 63.000 ton dan kopi Robusta sebanyak 9.000 ton. Produksi diperkirakan akan terus meningkat didukung oleh luasnya areal penanaman kopi di wilayah tersebut.

Pada tahun 2018, luas perkebunan kopi Arabika di Sumut diperkirakan mencapai 71.955 hektar, dan luas perkebunan kopi Robusta mencapai 19.416 hektar. Daerah yang cocok untuk menanam pohon kopi ini ada di Sumatera Utara.

8 dari 33 kabupaten/kota di Sumut merupakan daerah penghasil kopi. yaitu Tapanuli Selatan (Tapusel), Mandairinnatal (Madina), Simalungun, Dairi, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput) dan Humban Hasundutan (Hunbahas). .

Alhasil, Sumatera Utara yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan tetapi juga sebagai daerah penghasil kopi.

Beberapa merek kopi daerah yang terkenal di pasar lokal dan internasional antara lain Kopi Sidikaran, Kopi Mandailing, Kopi Shipilok, Kopi Tartung, dan Kopi Linton. Setiap jenis kopi mempunyai cita rasa yang unik.

Kopi Sidi Kalan, sesuai dengan namanya, merupakan kopi yang diproduksi di Kecamatan Sidi Kalan, Kabupaten Dai, Sumatera Utara. Pohon kopi Arabika Sidikaran tumbuh di daerah beriklim sejuk Bukit Barisan pada ketinggian sekitar 1.500 meter. Ini adalah kopi yang bertubuh penuh dan tidak terlalu aromatik.

Kopi mandheling ditanam di ketinggian sekitar 1.200 meter dan merupakan salah satu kopi terbaik di dunia. Kopi jeruk awalnya ditanam di wilayah Pekandal di wilayah Citrus Natal. Kopi ini memiliki cita rasa yang unik, tingkat keasaman yang rendah, dan kekentalan yang tinggi sehingga menjadi pilihan utama para pecinta kopi di pagi hari.

Kopi Shipilok memiliki cita rasa rempah yang dominan dan berasal dari Tapanuri bagian selatan. Sipilok adalah nama kecamatan dan ibu kota Kabupaten Tapanuri Selatan. Kopi tartung diproduksi di Tartung yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Panuri di Sumatera Utara. Ada dua jenis kopi tartu: Arabika dan Robusta.

Di sisi lain, kopi Lintong juga diberi nama sesuai tempat asalnya, Distrik Lintong Nifta dan Distrik Finban Hassandutan, Kota Patpanuri. Kopi arabika memiliki ciri tekstur lembut dan aroma yang kaya.

Sumatera Utara menghasilkan kopi dengan variasi yang beragam, sehingga para penikmat kopi dapat memilih sesuai seleranya. Mengingat beragamnya varietas kopi yang dihasilkan di Sumatera Utara, tidak mengherankan jika kopi asal daerah tersebut diminati baik di pasar domestik maupun internasional.

Misalnya saja pada Juli 2024, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melepas 10 kontainer kopi Sumut senilai US$1,48 juta, sekitar Rp 24,2 miliar (kurs Rp 16.385), untuk diekspor ke Amerika Serikat. .

Meningkatkan daya saing

Upaya peningkatan kualitas pengolahan dan sertifikasi organik menjadi salah satu kunci untuk mempertahankan daya saing kopi Sumut yang kuat.

Pemerintah provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan sektor swasta untuk membantu petani lokal meningkatkan keterampilan dan pengetahuan menanam kopi.

Kopi asal provinsi tersebut terus diperkenalkan ke pasar melalui berbagai cara dan peluang, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang diselenggarakan bersama oleh Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.

Sumut akan memanfaatkan pesta olahraga nasional yang digelar pada 9 hingga 20 September 2024 untuk memperkenalkan produk kopinya kepada wisatawan di Sumut selama perhelatan PON 2024.

Pemprov Sumut berharap seluruh lapisan masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil, menengah, dan mikro memanfaatkan momen PON 2024 untuk menampilkan produk kopi berkualitas di provinsi tersebut.

“Menikmati kopi sudah menjadi bagian dari keseharian dan gaya hidup masyarakat. Aroma dan kenikmatan kopi membawa semangat menyambut PON di wilayah kita,” kata Nasrind Silait, Direktur Departemen Pelayanan Koperasi UKM Sumut.

Untuk itu, Pemprov Sumut menggelar acara bertajuk “Kopifolia” untuk memeriahkan PON 2024. Sumut berkomitmen memberikan layanan literasi kepada masyarakat melalui “Kopifolia” dan mengembangkan peluang ekonomi penting bagi usaha mikro, kecil, dan menengah di wilayah tersebut. Mulai dari petani, barista, hingga penjual kedai kopi.

Pemerintah Provinsi Sumut tidak hanya mendorong usaha kecil, menengah dan mikro untuk mempromosikan produk kopi berkualitas tinggi, tetapi juga secara rutin memberikan pelatihan kepada barista dan pemilik kedai kopi tentang teknik menyajikan kopi dengan lebih baik, dan saya bertekad untuk melakukan hal yang sama.

Acara “Kopifolia” yang diadakan di Sumut Expo merupakan bagian dari kampanye untuk merayakan kemenangan para atlet dan mempromosikan kopi berkualitas tinggi di provinsi tersebut.

Kompetisi meracik kopi V60 yang diadakan oleh “Kopifora” sangat populer di kalangan pecinta kopi, yang berkompetisi dalam cara meracik cita rasa kopi yang kompleks.

“Ada banyak cara untuk menyeduh kopi, dan kopi di sini memiliki aroma yang berbeda-beda. Dalam acara ini, kami akan menggunakan alat bernama V60 untuk menyeduh kopi secara manual dan menggunakan filter untuk menyaring ampas kopi. Juga akan ada pertarungan V60. ujar Bima, pemenang kompetisi tempur V60 pada kompetisi “Coffeeforia”.

Menurut Bima, kopi asal Sumut khususnya kopi Sidi Kalan masih sangat bagus. Dengan empat tahun pengalaman membuat kopi, ia menemukan bahwa setiap barista bisa menciptakan rasa yang berbeda-beda.

“Kopi berkembang setiap hari, sehingga sulit untuk mengikuti kemajuan metode dan teknologi penyeduhan kopi agar lebih nikmat karena setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda,” ujarnya.

Oleh karena itu, menikmati secangkir kopi di kedai kopi di Sumut bukan lagi sekedar secangkir kopi, melainkan sebuah apresiasi terhadap kekayaan alam dan budaya di sana.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours