APKESMI dorong pengoptimalan pemberdayaan masyarakat cegah stunting

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Pusat Kesehatan Masyarakat Percepatan Indonesia (APKESMI) mendorong optimalisasi kapasitas masyarakat sebagai upaya penurunan dan pencegahan stunting di Indonesia. “Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam penurunan stunting di Indonesia adalah peran masyarakat. Jadi sangat penting untuk mengoptimalkan kapasitas masyarakat,” kata Kusanadi, CEO APKESMI, di Jakarta, Senin. Baca juga: Jakpus perkuat peran tim PKC dalam turunkan stunting Kusanadi mengatakan, program stunting menyasar anak balita, dan kendala terbesar saat ini adalah rendahnya partisipasi anak kecil di Posyandu.

Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam membantu orang tua yang memiliki bayi untuk meluangkan waktu ke kantor pos untuk menimbang putra-putrinya.

Seluruh komponen masyarakat juga harus menyadari bahwa keberadaan anak balita sangat penting dalam menentukan angka stunting di wilayahnya masing-masing. Baca juga: DKI Kembali Tes Makanan Bergizi untuk Siswa SD di Jakarta “Kami yakin angka balita stunting sebenarnya tidak sebanyak hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI), kami tidak punya data valid Data SKI menjadi sengketa, karena “data pengukuran pengenalan anak di Posyandu melalui aplikasi e-PPGBM masih sangat rendah,” kata Kusnadi.

Kusanadi mengatakan, jika informasi detail tentang anak kecil terdata, kita akan bisa mengenali siapa kurcaci berdasarkan nama dan alamatnya. Penanggulangan bayi stunting juga lebih mudah dan fokus, dan bayi stunting dapat dirawat sejak dini untuk mencegah terjadinya stunting.

Lebih lanjut, Kusnadi menekankan tanggung jawab puskesmas untuk mendeteksi anak stunting di wilayahnya dengan melakukan pengukuran menggunakan antropometri di Posyandu. Jika terdeteksi pertumbuhan terhambat, maka akan diperiksakan ke dokter anak rumah sakit untuk memastikan dan menentukan penyebabnya.

Stunting di Indonesia hanya akan turun 0,1 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022. Penetapannya berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada akhir April 2024. Baca juga: Pemkot Jakarta Pusat luncurkan enam model pelayanan kesehatan untuk cegah stunting. Lalu, berdasarkan laporan SKI 2023, prevalensi stunting akan menjadi 21,5 persen pada tahun 2023. Sedangkan prevalensi stunting sebesar 21,6 persen pada tahun 2022.

APKESMI menghimbau seluruh politisi mulai dari ibu kota hingga daerah untuk menggerakkan masyarakat agar berperan aktif dalam menurunkan stunting di Indonesia.

“Kami juga mendesak DPR-RI untuk mendesak pemerintah menerbitkan peraturan pemberdayaan masyarakat agar ada sinergi gerakan penurunan stunting,” kata Kusanadi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours