Menkeu RI: Ekonomi global masih dibayangi risiko

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan saat ini perekonomian global masih dibayangi risiko ketidakpastian, terutama akibat munculnya kemungkinan resesi di Amerika Serikat (AS).

Ada indikasi perekonomian AS melemah dan ada risiko resesi, ditambah dengan sentimen bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan menunda penurunan suku bunga acuan.

“Dengan dirilisnya data ketenagakerjaan AS yang diprediksi akan terjadi resesi, sehingga reaksi pasar menjadi fluktuatif, tentunya dalam hal ini ekspektasi bahwa Fed Funds rate akan turun, bahkan ada pula yang menyarankan akan ada pertemuan darurat pada bulan September.” ternyata hal itu tidak terjadi, ini menunjukkan pasar berubah sangat cepat dari segi psikologis, berdasarkan rilis data yang terjadi, dan dampaknya terlalu besar,” kata Sri Mulyani di APBN Indonesia. konferensi pers. Di Jakarta, Selasa.

Saat ini, The Fed terus mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25-5,50 persen. Dengan suku bunga yang masih tinggi dan tingkat pengangguran AS sedikit meningkat menjadi 4,0 persen, pemerintah AS khawatir akan kemungkinan kebangkrutan.

Shri Mulyani menjelaskan, ketidakstabilan perekonomian domestik AS menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakpastian situasi perekonomian global.

Menurut laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS, pemberi kerja di AS menambah 272.000 pekerjaan pada Mei 2024, lebih besar dari perkiraan. Meskipun demikian, tingkat pengangguran sedikit meningkat menjadi 4,0 persen.

“Tetapi kemarin, menurut data yang muncul, pasar tenaga kerja cukup lemah, mereka khawatir akan terjadi hard landing. “Apa yang terjadi pada hari Minggu lalu inilah yang menjelaskan ketidakstabilan perekonomian AS yang memberikan efek riak di seluruh dunia,” kata Bendahara Negara.

Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan, tidak hanya Amerika, Eropa, dan Tiongkok juga mengalami pemulihan ekonomi yang masih lemah dan rapuh. Prospek pertumbuhan ekonomi Tiongkok melemah di tengah krisis real estat dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Pada saat yang sama, ia menegaskan kembali bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina semakin merugikan melemahnya pertumbuhan ekonomi global.

Diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 yakni sebesar 5,05 persen per tahun (y/y) masih lebih baik dibandingkan negara lain seperti China dan Korea Selatan (Korsel).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 4,7 persen (tahunan), diikuti oleh Singapura (2,9 persen), Korea Selatan (2,3 persen) dan Meksiko (2,24 persen).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours