Tenis meja – Lima set untuk lima tahun

Estimated read time 7 min read

Maiden (Antara) – Mata Cisca berbinar. Seperti seekor elang yang memperhatikan musuhnya, seekor kelinci. Bola pingpong berwarna putih itu tertelan dalam genggaman tangan kirinya. Tongkat hitam dan merah dipegang erat di tangan kanannya.

Lalu Siska memejamkan matanya.

***

Ubud selalu santai. Siapa yang bisa tidur di hamparan sawah berundak, di antara banyaknya pohon kelapa di antara pepohonan tropis lainnya sebagai latar belakang.

Udara hidung kaya akan O2. Jauhi kebisingan lalu lintas. Suara alam ada di sini. Serangga, suara air, semilir angin sepoi-sepoi juga bisa dideteksi.

Nyaman

“Misalkan musuhmu adalah orang kecil. Dan kamu sudah besar.

***

Siska Prativi membuka matanya.

Visinya sekarang melampaui elang. Menunjuk pasangan di meja hijau yang dipisahkan oleh jaringan kecil.

Platok no

Layanan Cisco dikembalikan ke seberang meja oleh Vita.

Komang dengan lihai dan cepat memukul bola dari sisi meja dan nyaris meleset separuh meja. Sesulit mungkin. Manusia menjatuhkan Afan ke angin.

Ekspresi kekecewaan di wajah kedua atlet asal Jawa Timur itu pun tak bisa disembunyikan. Afan Mauludana Pratama dan Diwi Octaviani Sugiarto yang selalu kalem dan kalem pada turnamen tenis meja campuran PoN XACI Ace-Sumut, namun kini resah.

Afan membelakangi meja pingpong. Bicaralah dengan Vita tentang strategi, taktik atau apapun yang bisa membawa kemenangan atas Jawa Timur. Terlalu lama, terlalu sulit. Entah sudah berapa kali wasit menyarankan duo Jawa Timur itu untuk segera melanjutkan pertandingan.

Kini giliran Afan yang melakukan servis. Dia membisikkan sesuatu dua kali ke telinga Vita sebelum memulai, yang dijawab oleh seorang wanita berkuncir kuda pendek dan jepit warna-warni.

Afan menatap tajam bola pingpong di telapak tangan kirinya, melemparkan bola ke atas, lalu memukulnya tepat ke arah lawannya.

Petenis meja Bali Komang Sugita (tengah) dan Med Siska Pratiwi (kiri) berusaha mengembalikan bola ke gawang petenis meja Jatim Afan Mauludana Pratama dan Diwi Octaviani Sugiarto pada laga final ganda campuran PON XXI Aceh-Sumut 2024. Angasapura, Medan, Sumatera Utara, Minggu (15/9/2024). . Antara foto/terjemahan Zazer/R.Va.

Komang Sugita dengan hati-hati membalas servis sasaran Vita.

Bola memantul. Makanan empuk untuk Siska.

“Ha ha!”

Teriakan Siska berkaitan dengan patah kerasnya. Bola melaju kencang, menukik, tapi tidak bisa melewati meja.

“Ya!!”

Afan dan Vita mengepalkan tangan dan berteriak keras. Beri mereka istirahat.

Skor imbang 2-2 di set kelima. Afan-Vita yang meraih poin pertama di set penentuan, bermain imbang 1-1 dengan Komang dan Siska. Setelah itu, Komang-Siska kembali bangkit untuk unggul 2-1 dan pasangan Jawa Timur itu bertahan dengan skor imbang 2-2.

Di set terakhir, setiap poin sangat berharga. Setelah empat set terakhir, yang sangat melelahkan dengan reli dan break yang berat.

Dengan skor imbang 2-2, skor Jawa Timur menjadi 15-13, dan dua gim berikutnya Bali mengambil 11-6 dan 13-11 untuk menang 11-6 dan ini merupakan laga pamungkas penentuan siapa petenis meja terbaik Indonesia. pasangan ganda campuran di PON 2024.

Komang dan Siska saling berpandangan sambil menahan nafas. Mulut Komang mengatakan sesuatu. Siska mengangguk frustasi. Dia siap untuk menjabat lagi.

Siska kembali memejamkan matanya.

***

Ketenangan menjadi jaminan bagi siapapun yang berkunjung ke Ubud. Setidaknya bagi mereka yang mengaku sangat ingin menyatu dengan alam.

Termasuk Siska, Komang, Teja, Anik, Bayu, Devi, Ogik dan Devinta.

Yang semuanya tertutup. Berdamailah dengan apa pun. Merangkai sendiri dengan kesederhanaan bunga yang tumbuh di sawah.

Hirup aroma klorofil dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan.

Tinggal

“Sulit…bukan berarti…tidak mungkin.”

***

Berikutnya: Menang 12-10

Dia menang 12-10. Kalah 9-11. Mereka kembali menang 11-8. Dia menang 10-7. Ulangan Taurat 10-10 Ulangan Taurat 11-11 Ulangan Taurat 12-12. Kalah 12-14.

Kini Komang-Siska dan Rizal-Aminah bermain imbang 2-2.

Set keempat yang seharusnya dimenangi Komang-Siska malah jatuh ke tangan Rizal Zulmi dan Siti Aminah asal Jawa Timur. Pertandingan terpaksa dilanjutkan pada set kelima.

Tiga pertandingan perempat final ganda campuran lainnya telah selesai dilaksanakan. Taufik-Wida dari Jawa Barat mengalahkan Benyamin-Tasian dari Jakarta 3-1. Duo papan atas Jawa Timur Fiki-Christine mengalahkan Abdul Hare Winda dari Kalimantan Timur 3-0. Dan Afan-Vita, yang tampil lebih baik dalam dua pertandingan ganda campuran sebelumnya, menutup ajang tersebut dengan kemenangan 3-0 atas Gusti-Indiri dari Jawa Tengah dalam tiga pertandingan berturut-turut.

Azan ada di belakangnya. GOR Angsapura di kota Medan terletak di gurun pasir. Yang tersisa hanyalah suara pingpong dari meja Komang-Siska dan Rizal-Aminah, serta sorak sorai suporter Bali dan Jawa Timur di sudut arena.

Komang-Siska memenangi set penentuan 10-7. Kemenangan kembali di depan mata. Saya sudah bisa membayangkan Bali akan meraih medali pertama dalam sejarah peon tenis meja, minimal satu perunggu.

Siapa pun yang mencapai semifinal tenis meja dijamin setidaknya naik podium. Pasalnya, yang diperebutkan bukan perebutan medali perunggu, melainkan perebutan tempat ketiga bersama.

Namun citra medali tersebut kembali hilang setelah Komang kehilangan tablo nama kuat.

“Ya!!” “Ya!!” “Ya!!!”

Rizal meninggikan suaranya dan berteriak. tiga kali. Kepalkan tangan kiri Anda sekencang mungkin. Begitu pula Aminah.

Skor kembali menjadi 10-10.

Siska menatap langsung bola yang meleset lalu tersenyum pahit. Komang menggembungkan pipinya dan bernapas melalui mulut. Ia kemudian menepuk punggung Siska satu kali dan mengangguk.

“Ini adalah permainan hidup dan mati,” pikir Komang.

Saya bisa membayangkan perjuangan untuk sampai ke titik ini. Mereka selalu memainkan lima gim langsung dalam dua laga terakhir yang selalu berakhir dengan drama deuce 10-10 antara Rijon-Mira dari Jakarta dan Fikiri-Riri dari Kalimantan Timur.

Kini giliran Siska yang melakukan servis.

Petenis meja Bali Med Siska melawan petenis meja Jawa Timur Siti Aminah pada laga perempatfinal tenis meja beregu putri PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Gor Angsapura Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/9/2024). Bali 3-2 Dia menang. Antara Foto/Riwan Aval Linga/NZ Toke. TIDAK

Bola sederhana namun pengembalian Rizal langsung membentur gawang.

Skor 11-10 untuk Bali.

Rizal melakukan servis.

Jawab Komang.

Jawab Aminah.

Siska Bhanya!

Rizal bisa pulih dengan kerja keras!

Komang tiba-tiba pulang ke rumah.

Aminah bingung.

Dan bola pantul Amina membentur gawang.

12-10

Bali menang.

Selanjutnya: Sisca berlari

Siska berlari secepat yang dia bisa. Pelatih Daddy memeluk DaCosta dan menangis sejadi-jadinya.

Komang yang pertama memberi ucapan selamat kepada wasit dan pemain campuran Jawa Timur itu pun ikut haru.

Komang tidak bisa menegakkan kepalanya. Jatuh ke dalam air mata yang tak ada habisnya. Menangis seperti anak laki-laki

Untuk pertama kalinya dalam sejarah PON, Bali akhirnya meraih medali di cabang tenis meja. Lewat Komang dan Siska, mereka memejamkan mata saat diwawancarai wartawan.

***

Skor 10-5 untuk Bali.

Ketika Jawa Timur mulai mendapatkan poin dari Bali, mereka tertahan di peringkat 5 yang saat itu berada di peringkat 6. Ia kemudian tersingkir dari meja dan tak mampu pulih sepenuhnya dari pukulan keras mulut Siska sehingga membuat skor menjadi 7. -5.

Sejak saat itu, Vita melakukan tiga kesalahan berturut-turut yang membuat Afan geram.

Kekesalan Afan terungkap dalam dua pesan orang tua kepada Komang. Yang pertama berhasil kembali, tetapi perintah kedua kewalahan. Poin 10-6

Patah hati yang dialami Afan membuka harapan bagi pasangan asal Jawa Timur itu. Di sisi lain, tekanan kini ada pada Komang dan Siska.

Dia pernah memegang posisi ini di masa lalu. Di perempat final keempat melawan pasangan Jawa Timur lainnya Rizal-Aminah.

Siska menatap langit-langit, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

Siska melayani tanpa memejamkan mata.

Afa menyuruhnya pulang.

Komang benar-benar bangkrut!

Dan Vita terbang ke udara dan tidak bisa kembali.

11-6

Kisah perebutan medali pertama Bali pada tenis meja pon terasa semakin manis dengan adanya emas.

Berikutnya: 5 tahun

5 tahun

Karena lawannya adalah tim kuat, Komang dan Siska hampir memainkan seluruh lima pertandingan di ganda campuran. Laga singkat Komang-Siska hanya berlangsung di babak semifinal, pasangan Jawa Barat Taufik-Wida unggul 3-1. Selebihnya selalu kemenangan dramatis 3-2.

Lima kemenangan berturut-turut sangat merugikan karena pertarungan berlangsung selama lima tahun. Bayar dulu.

Tim Tenis Meja Bali tengah dipersiapkan untuk menghadapi PON 2019 hingga 2024. Saat itu, ia sedang berlatih jelang PON Papua 2020 yang diundur ke tahun 2021 karena pandemi Covid-19, namun untuk mengatasi permasalahan dualitas penyelenggaraan permainan tenis meja.

Tanpa terputus, dia melanjutkan pelatihannya. selama lima tahun.

Pelatih tenis meja Bali Dedi Dakosta (kiri), bersama ganda campuran Bali Komang Sugita dan Med Siska Pratiwi. (Antara/Aditya Ramdhan) Tim Jakarta sebenarnya tidak berlatih di luar negeri, seperti Bali mengunjungi Thailand, Jawa Barat ke Singapura dan Malaysia, atau Jawa Timur ke China.

Mereka hanya berlatih di Denpasar dan Ubud. selama lima tahun.

Bukan sekedar teknik, tapi juga kebugaran fisik dan mental. Atlet tenis meja Bali berlatih pagi dan malam. Ribuan langkah naik dan turun. Berlatih mencetak gol dengan permainan.

Pelatihan khusus yang mereka lakukan adalah meditasi dan hipnoterapi. Ubud dikenal di seluruh dunia sebagai jantung spiritual Bali.

Komang, Siska dan enam atlet tenis meja lainnya membentuk ide dan menaruh hati padanya. Menyelesaikan lima tahun latihan kekuatan fisik yang terbukti dengan lima pertandingan tenis meja.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours