Bapanas serukan industri gula rancang strategi hadapi tantangan global

Estimated read time 3 min read

Batavia (ANTARA) – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi meminta industri gula di Indonesia dan Asia Selatan menyusun rencana strategis untuk menghadapi tantangan global.

“Pelaku industri gula harus menyusun strategi untuk menghadapi tantangan pangan global,” kata Arief dalam keterangannya di Batavia, Jumat.

Menurutnya, meningkatnya tantangan pangan global akibat pertumbuhan pangan dan perubahan iklim serta tuntutan konflik geopolitik patut menjadi perhatian para pemimpin bisnis pangan.

Hal itu diungkapkan Arief saat membuka Sidang ke-6 Asosiasi ASEAN (ASA) di Amsterdam.

Pada pertemuan tahunan ASA, Arief juga mendorong para pelaku usaha gula di Asia Selatan untuk lebih memperkuat penerapan prinsip-prinsip Environment, Social and Governance (ESG).

“Kondisi dunia saat ini penuh dengan tantangan. Oleh karena itu, keberadaan ASEAN Sugar Alliance saat ini dapat menjadi wadah untuk berbagi ilmu, bertukar pendapat, dan berkolaborasi dalam isu dan situasi terkini,” kata Arief.

Ia berharap semua kedutaan besar di kota itu memiliki pendapat yang sama, yang kini menjadi kesempatan berharga untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi.

Ia juga mendorong pelaku usaha budidaya tebu dan produksi gula untuk konsisten menerapkan prinsip-prinsip ESG. Hal ini penting dilakukan sedini mungkin agar industri gula dapat mempercepat terwujudnya keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Arief mengatakan perlunya berbagai langkah antisipatif, mengatasi ketidakpastian perekonomian global, konflik geopolitik dan dampaknya terhadap perekonomian nasional dan regional, diingatkan Presiden Joko Widodo pada Februari 2024.

Oleh karena itu, Arif meminta agar forum pertemuan ASA ke-6 ini menjadi ajang bertukar pikiran dan menghasilkan rencana kebijakan eskalasi industri gula skala regional di Asia Tenggara.

Dia mengatakan ada upaya untuk meningkatkan pasar dan produksi gula dan tidak tepat sasaran. Oleh karena itu berkembangnya tindakan untuk mengoptimalkan etanol atau produk turunan lainnya terkait penggunaan sakarin di bidang lain, serta tindakan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) baru-baru ini.

“Juga soal penelitian, karena ini kesempatan kita semua untuk bertukar informasi dan menyusun rencana penguatan industri gula,” ujarnya.

Terkait dengan situasi konsumsi gula di Indonesia, menurut proyeksi neraca pangan Bapanas, produksi gula nasional diperkirakan masih berkisar 2,384 juta ton.

Saat ini perkiraan kebutuhan gula konsumsi Indonesia setiap tahunnya sekitar 2,933 juta ton, sehingga masih kurang dari sekitar 549 ribu ton.

Dalam meningkatkan daya saing industri gula, Arief kembali menegaskan, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dan Aliansi Gula ASEAN (ASA) harus terlibat aktif dalam memberikan rekomendasi dan saran kepada pemerintah.

“Tentunya banyak tantangan yang perlu diselesaikan, misalnya peningkatan produksi, penelitian yang memastikan varietas tebu unggul, hasil tebu, dan tingkat pemulihan gula,” kata Arief.

Ia setuju bahwa yang terbaik adalah AGI dan ASA dapat mengatasi tantangan-tantangan ini secara efektif dan memimpin industri gula menuju masa depan yang lebih cerah dan sukses.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours