PBB sebut “militerisasi air” oleh Israel bagian dari diskriminasi air

Estimated read time 2 min read

JENEWA (ANTARA) – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak asasi manusia atas air minum dan sanitasi yang aman, Pedro Arrojo-Agudo, mengatakan pasokan air Israel di wilayah Palestina merupakan bagian dari kebijakan diskriminasi atau diskriminasi air dan regional.

Arrojo-Agudo dalam konferensi pers di Jenewa, Senin (16/9) mengatakan, warga Gaza rata-rata hidup dengan 4,7 liter air per orang per hari.

Ia mengingatkan, jumlah tersebut jauh di bawah kebutuhan minimum yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam keadaan darurat, yakni 15 liter per orang per hari.

“Eksploitasi air oleh militer di Wilayah Pendudukan Palestina telah menjadi inti kebijakan diskriminasi air dan tanah selama 50 tahun terakhir, termasuk penghancuran infrastruktur air Palestina,” katanya.

Arrojo-Agudo mengatakan satu-satunya sumber air tawar alami adalah akuifer pesisir, dan 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa memompa air tiga kali lebih banyak daripada akuifer yang ditemukan dalam regenerasi alami, sehingga mengakibatkan intrusi laut dan garam yang kuat.

“Selanjutnya, Israel telah melarang 70 persen bahan yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan sistem pembuangan limbah karena penggunaan ganda, sehingga mencegah pembuangan limbah yang benar yang menyebabkan kontaminasi limbah pada air bawah tanah,” katanya.

Pejabat tersebut menekankan bahwa bahkan sebelum tanggal 7 Februari, 40 persen penduduk telah memiliki air minum.

Namun ketika perang pecah, Israel secara paksa memutus pasokan air dan listrik serta menghancurkan pabrik desalinasi.

Terkait merebaknya penyakit akibat kekurangan air bersih, ia mengatakan ada sekitar 1,7 juta penyakit menular yang dilaporkan, antara lain diare, disentri, hepatitis A, polio, cacar.

“Semua ini, ditambah dengan kurangnya perawatan medis, mengakibatkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak, menjadikan kelangkaan air dan polusi sebagai sebuah bom diam yang tidak terlalu terlihat dibandingkan dengan bom yang menghancurkan bangunan dan membunuh puluhan ribu warga sipil, namun bom juga membunuh,” katanya.

Arrojo-Agudo melanjutkan dengan mengatakan bahwa warga Palestina tidak memiliki akses ke Sungai Yordan dan tidak dapat membangun sumur atau sistem air di wilayah mereka. Warga Palestina hanya memiliki 70 liter air per orang per hari dan sebagian besar penduduk pedesaan hanya memiliki 20 liter air.

“Meskipun rata-rata penduduk Israel memiliki empat kali lipat dan imigran gelap mendapatkan dan menggunakan air 18 kali lebih banyak untuk tanaman dan kolam renang mereka,” tambahnya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Utusan PBB untuk Timur Tengah mengutuk serangan Israel terhadap zona kemanusiaan Gaza

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours