KLHK jembatani produsen dan industri dorong kinerja pengolahan rotan

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menghilangkan interaksi antara produk mentah dan setengah jadi produsen rotan dengan industri pengolahan modern untuk mendorong efisiensi pengelolaan rotan nasional.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Restianto Pribadi menjelaskan industri rotan di Indonesia merupakan salah satu industri hasil hutan bukan kayu yang mempunyai potensi berkelanjutan, mengingat ketersediaan bahan baku rotan sangat besar di negara ini.

Diperkirakan sekitar 80 persen bahan baku rotan yang digunakan industri di seluruh dunia setiap tahunnya berasal dari Indonesia, ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Rotan, lanjutnya, merupakan bahan baku industri yang berasal dari dalam dan sekitar kawasan hutan yang dapat mengalami degradasi, sehingga produk olahan berbahan rotan dinilai ramah lingkungan.

Industri pengolahan rotan dan hasil olahannya merupakan salah satu komoditas perdagangan penting bagi Indonesia. Sebaran produksi hasil hutan rotan pada tahun 2023 terutama berasal dari provinsi Sumatera Barat (48,19 persen), Sulawesi Tengah (22,92 persen), Aceh (15,81 persen) dan Kalimantan Tengah (1,63 persen).

Dalam dua tahun terakhir, kinerja ekspor produk rotan mengalami penurunan sebesar 54,92%, dari 64.980 ton pada tahun 2021 menjadi 35.690 ton pada tahun 2023.

Restianto mengatakan pada pembukaan Rapat Usaha Pengolahan Hasil Hutan Rotan di Serban, Jawa Barat, Jumat (6/9), kelangkaan tersebut juga berdampak pada produksi rotan mentah dan rotan setengah jadi yang menjadi andalan pasar Produk pengolahan industri modern berbahan baku rotan.

Di sisi lain, industri pengolahan rotan tumbuh pesat dan berkembang di negara-negara rival Indonesia seperti Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Selain itu, produk rotan sintetis dengan cepat mengurangi produksi rotan di Indonesia.

Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya menyelenggarakan Temu Usaha Pengolahan Hasil Hutan Rotan untuk membuka peluang dialog antara produsen produk rotan mentah dan setengah jadi dengan industri maju berbahan baku rotan.

Dalam pertemuan ini juga akan dibahas isu-isu strategis yang dihadapi industri pengolahan rotan, khususnya langkah-langkah konkrit untuk menciptakan pasar dan meningkatkan efisiensi pengelolaan rotan di tingkat nasional baik hulu maupun hilir serta peningkatan keberlanjutan.

“Melalui pertemuan bisnis ini diharapkan dapat memperoleh wawasan mengenai permasalahan yang dihadapi industri rotan hulu dan hilir, mendorong koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan di hulu dan hilir, serta mampu merumuskan rekomendasi kebijakan dan langkah konkrit untuk memfasilitasi perbaikan rotan. kinerja industri pengolahan rotan, khususnya tata kelola pengolahan rotan,” kata Tito, sapaan akrab Rustinto.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Pemprov Jabar melalui instansi terkait, Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) turut serta dalam pertemuan usaha pengolahan hasil hutan rotan ini. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) serta Persatuan Petani, Pedagang dan Industri Rotan Kalimantan (PEPPIRKA).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours