RI dorong kerja sama global untuk ekonomi dan iklim di G20 Brasil

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia mendorong kerja sama global untuk mengatasi tantangan ekonomi dan perubahan iklim pada pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 ke-3 di Brasil.

Pentingnya koordinasi dan kerja sama ekonomi untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan kesenjangan, kata Sri Mulyani dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Dalam agenda utama G20 di Brasil, Sri Mulyani mengatakan ketidakpastian perekonomian global yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik, fluktuasi kebijakan moneter, dan pemilu global menyebabkan volatilitas pasar dan investasi melambat.

Untuk itu diperlukan strategi kebijakan makroekonomi untuk mengatasi ketimpangan, dampak fluktuasi nilai tukar dan suku bunga, serta dampaknya terhadap perekonomian dalam jangka menengah.

Salah satu upaya yang didorong adalah pertukaran utang iklim untuk pembangunan berkelanjutan. Sistem ini dapat membantu negara-negara dengan ruang anggaran terbatas beradaptasi dengan kebutuhan masing-masing.

Langkah tersebut telah dilakukan Indonesia melalui perjanjian debt swap sebesar 35 juta dolar AS yang akan digunakan untuk melindungi ekosistem terumbu karang.

“Indonesia akan memperkuat sistem pembiayaan keanekaragaman hayati nasional dan menutup kesenjangan pembiayaan untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan,” kata Menteri Keuangan.

Selain pertukaran utang iklim, Xi Jinping juga mempromosikan strategi komprehensif untuk meningkatkan pengembangan Uang guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) secara tepat waktu dan efektif. Sebab, pemanfaatan energi dan hutan masih menjadi permasalahan utama perekonomian dunia.

Mengenai perpajakan internasional, Menteri Keuangan Indonesia menyerukan pajak terhadap orang kaya untuk meningkatkan keadilan perpajakan.

“Perlunya kebijakan progresif yang efektif untuk mengurangi ketimpangan pendapatan dan kekayaan, serta pentingnya berbagi informasi untuk mengatasi perencanaan pajak yang agresif oleh kelompok berpenghasilan tinggi,” jelasnya.

Bapak Shri Mulyani juga menekankan bahwa reformasi Lembaga Keuangan Multilateral (MFI) diperlukan agar tetap relevan dan efektif dalam mendukung pendanaan anggota.

“MIB harus meningkatkan keterwakilan negara-negara berkembang, termasuk keterwakilan staf yang akan memainkan peran penting dalam implementasi program yang lebih efektif dan memastikan pemahaman tentang konteks dan budaya lokal”, tambahnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours