BPDPKS Salurkan Ribuan Beasiswa dan Pelatihan Perkebunan Sawit

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyalurkan ribuan dana hibah perkebunan kelapa sawit. Selain itu, BPDKS juga melakukan pelatihan kelapa sawit bagi pekebun kelapa sawit pada tahun 2024 bersama Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Agro Nusantara dan Direktur Jenderal Perkebunan (Ditjen) Kementerian Pertanian (Kementan).

Peserta pelatihan kelapa sawit hasil kerjasama BPDPKS, LPP Agro Nusantara dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian kali ini dibagi dalam 11 sekolah pelatihan dengan jenis berbeda.

Mulai dari pelatihan teknis seperti perkebunan kelapa sawit atau pengelolaan perkebunan dan infrastruktur, hingga pengembangan usaha seperti Informasi dan Promosi Pasar; o Manajemen dan Administrasi Keuangan.

Untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut, BPDPKS bekerja sama dengan 15 penyedia layanan pelatihan dan pengembangan yang akan melaksanakan pelatihan pada bulan April dan September 2024.

LPP Agro Nusantara merupakan salah satu dari 15 penyelenggara pelatihan yang bekerja sama dengan BPDPKS. Sebagai salah satu penyelenggara pelatihan, BPDPKS akan menyelenggarakan 43 kelas pelatihan untuk 1.339 peserta dari 7 provinsi penghasil kelapa sawit di Indonesia. Jumlah tersebut setara dengan 21% dari seluruh data recomtech peserta diklat.

Dapat diterima bahwa pelatihan yang dilakukan saat ini tidak memiliki jadwal tindak lanjut pasca pelatihan. Namun LPP Agro selaku pemasok bahan pelaksana rutin berinteraksi dengan seluruh peserta pelatihan yang merupakan petani perkebunan kelapa sawit di Tanah Air.

“Soal sistem pemantauan, kami masih belum memiliki sistem pemantauan yang formal dan berkesinambungan. “Untuk program ini mungkin akan dijadwalkan kedepannya, jika ada atau akan ada CEO,” kata SEVP Operation LPP Agro Nusantara Pugar Indriawan dalam diskusi dengan media melalui zoom. permintaan, Selasa (03/09/2024).

Dijelaskan Pugar, meski belum ada tindak lanjut, pihaknya tetap berkomunikasi melalui kelompok diskusi dan melakukan penilaian terhadap kendala yang ditemui di daerah.

“Dari LPP Agro biasanya kami akan melakukan asesmen dan memberikan dukungan. Biasanya kami akan membuat kelompok diskusi dengan rekan-rekan peserta tersebut. ikut, biasanya memakan waktu beberapa tahun,” kata Pugar.

Menurut Pugar, sejak tahun 2020, kelompok diskusi bentukan pihaknya masih terus beroperasi hingga saat ini. “Akan serupa dengan pelatihan-pelatihan kita sebelumnya di tahun 2020 yang masih aktif hingga saat ini. Mereka sering saling ngobrol, permasalahannya apa, mereka akan saling bertanya. Padahal, sistem formalnya tidak ada saat ini, tapi ke depan kita berharap bisa mengembangkannya, tentunya dengan bantuan Direktorat Jenderal Pertanian atau BPDPKS untuk meluncurkan program-program tersebut,” kata Pugar.

Berdasarkan data, pelaksanaan pelatihan LPP Agro Nusantara terus meningkat setiap tahunnya. Selain jumlah peserta, jumlah kelas dan tempat pelatihan juga bertambah. Pada tahun 2023 akan dilaksanakan 28 kelas di 4 provinsi, sedangkan pada tahun 2024 akan dilaksanakan pelatihan di 7 provinsi. Pada kelas terbesar di Provinsi Riau ini yang berjalan sebanyak 23 kelas.

“Kontribusi LPP Agro Nusantara terhadap program ini semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun lalu yang lolos BPDPKS sebanyak 876 peserta dan pada tahun 2024 meningkat menjadi 1.339 peserta,” kata Pugar Indriawan.

Arfie Thahar, Kepala Divisi Program Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, yang program pemantauan sementaranya terus memantau pelaksanaan latihan tersebut.

“Jadi, kami memantau apa yang dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan. Bagaimana petani dapat memperoleh manfaat dari hasil ini? Sementara setelah pelatihan, kami bersiap untuk memantau secara khusus dampaknya terhadap produktivitas perkebunan. “Apakah pelatihan ini mengarah pada peningkatan produktivitas adalah sesuatu yang mungkin bisa dikendalikan,” katanya.

Thahar menambahkan, pihaknya bersama Dirjen Perkebunan saat ini tengah menyiapkan prosedur yang tepat untuk memantau proses pelatihan tersebut. “Mungkin kami juga akan terus berbicara dengan lembaga pelatihan yang sudah mempunyai pengalaman dan metode yang bisa digunakan,” jelas Arfie.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours