Biaya hidup dan trauma menyebabkan gangguan mental di Jakarta

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Samanta Elsener, M.Psi., psikolog dan pembina pusat Persatuan Psikologi Indonesia (PP HIMPSI), psikolog mengatakan tingginya biaya hidup dan trauma orang tua menjadi penyebab gangguan otak yang terus-menerus dialami. di Jakarta.

Selain itu, menurut Samanta, jarak rumah ke kantor yang jauh membuat masyarakat rentan mengalami gangguan fisik sehingga meningkatkan faktor risiko stres, tidur, depresi, kecemasan, dan penurunan produktivitas.

Selain itu, trauma dari orang tua atau kekerasan, ‘bullying’, tingginya biaya hidup, ‘sandwich generation’, utang, beban sosial bisa menjadi penyebabnya, kata Samanta saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Namun, menurut Samanta, sekadar bercerita (terapi bicara) tidak menyelesaikan masalah penyebab gangguan kesehatan mental. Sehingga diharapkan program-program yang ditawarkan para pemimpin masa depan Jakarta bisa lebih komprehensif.

Permasalahannya adalah kemacetan lalu lintas. Solusi yang dibutuhkan warga Jakarta adalah bagaimana mengatasi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan kualitas udara Jakarta, ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, indeks kualitas hidup dan tingkat kebahagiaan seseorang bisa lebih maju secara psikologis.

Di sisi lain, psikolog klinis Kasandra Putranto juga mengatakan depresi dan kecemasan merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama di Jakarta.

“Kementerian Kesehatan telah merilis data penelitian pertama. Jelas bahwa kecemasan dan depresi masih menjadi masalah kesehatan mental yang paling penting, bersama dengan gangguan lainnya, bahkan setelah pandemi,” kata Kasandra.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sekitar satu dari sepuluh orang di Indonesia menderita masalah kesehatan mental. Riskesdas 2018 mengungkapkan dalam data yang sama bahwa lebih dari 19 juta penduduk usia 15 tahun di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.

Selain itu, lebih dari 12 juta orang pada kelompok usia yang sama mengalami depresi.

Alasannya tentu saja sangat berbeda. “Mulai dari genetika, pola asuh, strain, lingkungan dan lainnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kasandra mengatakan hal tersebut perlu masuk dalam rencana kerja para pemimpin Jakarta di masa depan. Sehingga kami berharap data Riskesdas tahun depan lebih baik.

Jelas Jakarta menjadi salah satu penyebab kekerasan seksual dan kemudian kecanduan narkoba, ujarnya.

Ia mengatakan, banyak permasalahan di Jakarta yang perlu menjadi perhatian para pemimpin masa depan agar bisa fokus pada kebijakannya dan membuat program yang bermanfaat dan dapat diakses oleh semua orang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours