Ibu pengganti berisiko alami komplikasi kehamilan lebih tinggi

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Ibu pengganti atau surrogate mother menghadapi risiko kehamilan dan komplikasi pasca melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang hamil secara alami atau dengan bantuan, demikian temuan sebuah studi baru.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine, dikutip di Medical Daily pada hari Rabu, meneliti konsekuensi kesehatan dari tiga jenis kehamilan: kehamilan tanpa bantuan, fertilisasi in vitro (IVF) dan ibu pengganti kehamilan.

Hasilnya menemukan bahwa meskipun ibu pengganti atau ibu pengganti memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan pasca melahirkan parah, hipertensi, dan preeklampsia dibandingkan dengan mereka yang hamil secara alami atau dengan IVF, ibu pengganti juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur.

Namun, bukti mengenai morbiditas neonatal berat masih kurang jelas. Morbiditas neonatal mengacu pada kondisi medis yang menyebabkan masuk rumah sakit setelah kelahiran, observasi, atau kematian dalam 28 hari pertama kehidupan.

“Penelitian ini dipicu oleh meningkatnya penggunaan ibu pengganti gestasional di seluruh dunia dan kurangnya informasi mengenai dampak modalitas reproduksi ini terhadap hasil kehamilan, baik pada kehamilan pengganti maupun pada anak yang dilahirkan,” kata penulis utama Dr. Maria Velez dalam siaran persnya.

Para peneliti menganalisis 863.017 kelahiran di Ontario, Kanada antara tahun 2012 dan 2021, dengan fokus pada kehamilan tanpa bantuan, IVF, dan ibu pengganti.

Mereka mengamati berbagai dampak kesehatan, termasuk komplikasi serius pada ibu dan bayi, preeklamsia, persalinan sesar, kelahiran prematur, dan perdarahan pasca melahirkan.

Hasilnya menunjukkan bahwa risiko morbiditas ibu yang besar adalah 2 persen pada kelompok tanpa terapi bantuan, 4 persen pada kelompok IVF, dan 8 persen pada kelompok ibu pengganti.

Saat menganalisis risiko berbagai morbiditas, kelompok ibu pengganti kehamilan menunjukkan risiko lebih tinggi mengalami gangguan hipertensi dan perdarahan pasca melahirkan.

“Petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan individu dan pasangan yang membutuhkan ibu pengganti kehamilan untuk memulai sebuah keluarga harus memberi tahu pasien dan ibu pengganti kehamilan tentang potensi risiko selama kehamilan dan segera setelah melahirkan. Terdapat pedoman kriteria kelayakan untuk meminimalkan risiko komplikasi kehamilan. namun, di antara ibu pengganti kehamilan, pedoman ini tidak selalu dipatuhi secara ketat,” katanya.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini tidak mengkaji alasan orang tua memilih ibu pengganti kehamilan, motivasi ibu pengganti memilih menjadi ibu pengganti, atau sumber donor sel telur dan sperma.

Selain itu, jenis IVF yang digunakan tidak diperhitungkan. Faktor-faktor ini dapat berdampak signifikan dalam memahami risiko yang terkait dengan ibu pengganti.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours