Pemimpin Prancis, Jerman, Inggris dorong deeskalasi ketegangan Timteng

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Para pemimpin Perancis, Jerman, dan Inggris mendesak semua pihak yang berkonflik di Timur Tengah untuk mencegah eskalasi ketegangan dan berupaya memulihkan stabilitas kawasan, serta berjanji akan melanjutkan keinginan berperan dalam konflik di Timur Tengah. . upaya-upaya itu.

Desakan tersebut diungkapkan dalam pernyataan bersama Presiden Inggris Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

“Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di negara ini, dan kami bersatu dalam komitmen kami terhadap deeskalasi dan pencapaian stabilitas internal,” demikian pernyataan bersama tersebut, seperti yang diumumkan di media sosial resmi PM Inggris pada hari X, Senin. Senin.

Mereka memuji kerja tak kenal lelah Qatar, Mesir dan Amerika Serikat dalam menyerukan gencatan senjata dan pencabutan sanksi serta pernyataan bersama Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad al Thani dan Presiden AS Joe. Biden juga. Beberapa waktu lalu diskusi kembali dimulai.

“Kami sepakat untuk tidak menunda lagi,” kata ketiga pemimpin tersebut.

Macron, Scholz dan Starmer juga menekankan bahwa perang di Jalur Gaza harus segera diakhiri dan semua sandera harus segera dibebaskan.

“Rakyat Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan yang dapat disalurkan dan disalurkan tanpa hambatan,” kata mereka.

Selain itu, ketiga pemimpin tersebut mendesak Iran dan sekutunya untuk menahan diri dari menjatuhkan sanksi, yang menurut mereka akan semakin meningkatkan ketegangan regional dan menutup pintu bagi gencatan senjata dengan pembebasan tawanan.

Hasil ini berkaitan dengan mereka yang bertanggung jawab atas peluang Timur Tengah untuk mencapai perdamaian dan stabilitas, kata mereka.

“Tidak ada negara atau negara yang akan mendapatkan keuntungan dari kebangkitan Timur Tengah,” kata ketiga pemimpin tersebut dalam pernyataan bersama.

Ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli di Teheran, Iran, dan pembunuhan komandan utama Hizbullah Fuad Shukr pada 30 Juli di Beirut, Lebanon.

Kedua kelompok bersumpah untuk menanggapi serangan itu, yang mereka tuduhkan dilakukan oleh Israel.

Hal ini diperparah dengan serangan Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan sekitar 39.800 orang atau setara dengan 1,8 persen penduduk Gaza, dan melukai ribuan lainnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours