JP Morgan Indonesia tertarik pada sektor perbankan hingga properti

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Kepala Riset dan Strategi JPMorgan Indonesia Henry Wibow mengatakan pihaknya tertarik pada sektor perbankan, sektor konsumer, dan sektor real estate.

Henry dari JP Morgan Media mengatakan: “Jadi untuk industri yang kita sukai, perbankan, Consumer Staples (industri yang membuat produk untuk kebutuhan sehari-hari), Consumer Discretionary (sektor yang membuat produk untuk kebutuhan sekunder atau sekunder), serta Aset. Pengarahan di Gedung Energi, Jakarta, Kamis.

Ia meyakini, mengingat sektor ini memiliki pangsa 60% di Indeks Saham Indonesia (IHSG), maka perbankan akan mengambil bagiannya dalam aliran dana yang masuk ke Indonesia.

Selain itu, JP Morgan Indonesia tertarik pada dua sektor konsumen (inti dan diskresi) karena produk domestik bruto (PDB) di Indonesia diperkirakan melebihi US$5.000 per kapita pada akhir tahun ini.

$5.000 dalam produk domestik bruto (PDB) per kapita sebenarnya merupakan angka ajaib dan sangat ampuh. Karena setiap kali kita melihat negara-negara berkembang, pasar negara berkembang, negara-negara yang PDB per kapitanya melebihi $5.000, kita melihat gelombang baru belanja diskresi (belanja konsumen untuk barang dan jasa opsional). “Sehingga mereka bisa menciptakan sektor-sektor baru dengan mengeluarkan uang lebih banyak,” ujarnya.

Jika PDB per kapita Indonesia mencapai US$5.000, maka serupa dengan Tiongkok yang pertama kali mencapai US$5.000 pada tahun 2011 dan akan meningkat pada tahun 2020.

“Makanya saya sering bilang sepuluh tahun ke depan, 10 tahun ke depan sangat menarik bagi Indonesia, karena kita akan memasuki masa dimana PDB per kapita kita akan melebihi $5.000,” kata Henry.

Terakhir, sektor properti juga menjadi perhatian JP Morgan Indonesia karena harga properti di wilayah Jabodetabek cukup stagnan atau tidak naik banyak. Misalnya, harga real estate di kawasan Serpong (Tangerang Selatan, Banten) mungkin mengalami kenaikan 2-3 kali lipat selama tahun 2010-2015, namun kemudian harga tetap stabil atau sedikit meningkat dari tahun 2015 hingga tahun ini

Kami melihatnya sebagai katalis untuk bangkit kembali. dari mana Keterjangkauan (kemampuan membayar) hipotek (pinjaman jangka panjang untuk membeli properti) juga akan membantu ketika suku bunga mulai turun. Kedua, ketika kita melihat proyek penjualan dan pemasaran real estat, kita melihat bahwa proyek-proyek tersebut mulai bangkit kembali. “Tampaknya minat terhadap investasi real estate mulai kembali dan valuasinya sangat murah.” katanya

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours