Pernikahan sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja

Jakarta (Antara) – Psikolog anak dan remaja Alzena Masikouri, S.Psi., M.Psi., psikolog mengatakan, persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya dipikirkan anak saat menginjak usia remaja.

Alzena mengatakan, orang tua biasanya menyuruh anaknya untuk fokus pada akademik di sekolah. Namun, ternyata mempersiapkan pernikahan di usia remaja justru mempersiapkan mereka untuk masa depan.

Mereka mulai berkeluarga. Mereka melihat bagaimana orang tuanya berinteraksi di rumah, kata Alzena dalam diskusi online yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, Kamis.

Sejak remaja, anak mulai menganalisis

Bagaimana orang tua mendidiknya di rumah. “Ini pelajaran pertama bagi remaja tentang pernikahan,” ujarnya.

Alzena menegaskan, bukan berarti orang tua menormalisasi pacaran di kalangan remaja. Namun orang tua bisa memberi contoh dan memberikan pemahaman pada anak tentang kehidupan berkeluarga sejak remaja.

Jadi, apa yang remaja pelajari di rumah tentang berkeluarga akan tercermin pada dirinya di masa depan. Ke depannya, jika remaja dan orang tua bisa mempersiapkan diri untuk menikah, hal ini akan membantu mereka untuk lebih siap dan memahami bagaimana membangun keluarga yang baik.

Namun lingkungan juga mempunyai peranan dalam mempersiapkan remaja, terutama yang tidak memiliki figur orang tua.

“Kalau keluarga kurang beruntung, tidak apa-apa. Nanti remaja akan membentuk konsep sendiri terhadap apa yang dilihatnya,” kata Alzena.

Maka Alzena menjelaskan, jika remaja memiliki keluarga disfungsional, maka mereka juga memiliki gambaran tentang keluarga idamannya sendiri.

Faktanya, media sosial kini banyak mengungkap tentang pernikahan sehingga remaja bisa mengambil hal-hal positif dari pengalaman orang lain.

“Masih banyak lingkungan lain yang bisa dijadikan contoh. Asal kita orang dewasa di sekitar remaja mau mengenalinya,” kata Alzena.