Bappenas: Pembangunan pusat data di Batam jadi peluang ekonomi baru

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Koordinator Ekosistem dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Bappenas Andianto Haryoko meninjau pembangunan 10 data center di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park, Batam . Kepri mungkin bisa menjadi peluang ekonomi baru.

Dia mengatakan investasi pada pusat data akan membantu menstimulasi perekonomian sekitar dan menarik tenaga kerja.

Artinya ini peluang bisnis untuk kegiatan ekonomi. Bagus, tapi di sisi lain, orang-orang yang terkait dengan pemerintah juga punya rencana, mereka juga punya rencana membangun data center, tapi untuk kepentingan pemerintah sendiri, Andianto kepada pers pada CIPS DigiWeek 2024 di Jakarta, Jumat.

Andianto menjelaskan, banyak investor asing yang tertarik membangun data center di Batam karena beberapa faktor.

Pertama, status Free Trade Zone (FTZ) Batam dan Nongsa KEK Digital Zone memudahkan investor asing membangun data center.

Kedua, lokasi Batam aman dari bencana alam dan tidak rawan kebakaran.

“Saya kira dari segi lokasi, aspek mitigasi bencana, jadi tidak ada sesar, tidak ada gempa, kemudian kemudahan berusaha karena ini zona khusus,” ujarnya.

Ketiga, letak geografis Batam berbatasan dengan Singapura.

Sementara itu, pada Kamis (18/7), Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengumumkan ada 6 investor baru yang akan berinvestasi dalam pembangunan data center di Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa Digital Park di Batam. .

Investor tersebut berasal dari negara maju seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, dia masih belum mengetahui total nilai investasi yang diberikan.

“Saat ini Nongsa sudah mulai membangun data center, ada 10 data center. Ada 6 orang yang mengantri. Setelah meluncurkan Geoportal Kebijakan Satu Satu Peta 2.0 dan mengajukan ke PSN dan KEK, Susiwijono mengatakan, “Jadi pusat informasi ini sekarang sudah sangat besar karena beberapa tahun lalu Singapura harus menghentikan operasinya karena kebutuhan listrik dan air negara itu sangat besar. pementasannya di Jakarta, Kamis.

Saat ini sedang dibangun 10 pusat data di KEK Nongsa Digital Park, dimana 9 pusat sedang dalam tahap pembangunan dan 1 pusat dalam tahap pelaksanaan proyek.

Susiwijono mencatat, pembangunan pusat data saat ini menjadi kebutuhan mendesak di banyak negara, dan perusahaan sedang mempertimbangkan kebutuhan lahan, listrik, dan air untuk membangun sistem pengumpulan data digital.

“Hampir di semua negara, dari China, lalu Amerika, semuanya. Padahal, GDS (perusahaan IT asal Shanghai) hanya berinvestasi di Indonesia dan Jepang. Dan di Jepang, pemerintah membagikannya di sana. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk berinvestasi pada pusat data. “Pada saat yang sama, Nongsa Digital Park sudah mulai membangun GDS di Batam,” jelasnya.

Namun, kata dia, membangun lebih banyak data center di Nongsa Digital Park akan membutuhkan banyak lahan, listrik, dan air.

Oleh karena itu, pemerintah saat ini fokus memperluas dana lahan untuk mengembangkan investasi pusat data. Saat ini dibutuhkan lahan 20-30 hektare untuk membangun data center 16 Batam.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours