Pemda perlu pakai nilai lokal agar literasi digital masyarakat efektif

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan pemerintah, khususnya pemerintah daerah, dalam proses pemberian literasi digital di Indonesia harus menggunakan metode lokal dalam melakukan aktivitas kerja tersebut. . .

“Pemerintah perlu mempertimbangkan perilaku normal masyarakatnya. Yang perlu adalah setiap daerah mempunyai permasalahannya masing-masing, sehingga cara membangun literatur juga harus berdasarkan kebutuhan daerah atau permasalahan daerah,” kata Firman saat ditemui ANTARA, Jumat.

Langkah tersebut dinilai perlu dilakukan berdasarkan laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) atas hasil pengukuran Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024 di kota dan 514 kabupaten di Indonesia yang mencapai 43,34. poin di dalam negeri, pada tahun 2023 setelah diubah menjadi +0,16%.

Nilai total tersebut diperoleh dengan rata-rata hasil pengukuran yang dilakukan pada empat pilar yaitu infrastruktur digital bernilai 52,70, kemudian keterampilan digital bernilai 58,25, kemudian memberi kekuasaan bernilai 25,68, dan pekerjaan bernilai 38,09.

Meskipun terjadi peningkatan indeks secara umum, namun hasil pada pilar pemberdayaan dan ketenagakerjaan kurang baik.

Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital masih belum cukup baik di banyak bidang, terutama dalam pemanfaatan digital untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Oleh karena itu, pemerintah daerah harus lebih kreatif dalam memberikan literasi digital sesuai konteks komunitasnya agar kedua indikator yang saat ini kurang memiliki waktu untuk diperbaiki di kemudian hari.

Firman mencontohkan langkah yang dilakukan di Filipina, dalam hal mempromosikan pariwisata lokal, menurutnya pemerintah Filipina menggunakan strategi sekelompok besar orang.

Strategi ini mengajak masyarakat lokal untuk mempromosikan diri mereka dengan cara yang sesuai dengan pariwisata kepada wisatawan di daerah tersebut yang melibatkan penggunaan platform digital.

“Jadi masyarakat yang tinggal di daerah A mempromosikan sendiri tempat-tempat wisata di A yang sangat layak, sehingga membuat diskusi menjadi hidup hingga akhirnya diketahui seluruh dunia. Destinasi kepada wisatawan tersebut adalah contoh ajakan untuk memanfaatkan digital dengan cara seperti itu. budaya inti,” kata Firman. .

Contoh lain yang bisa ditiru dan dilakukan di dalam negeri adalah apa yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, melalui platform media sosial membuat konten-konten yang sering menggunakan kata Sunda yang merupakan bahasa daerah.

Dengan kekuatan tersebut, mereka tidak hanya melestarikan budaya bahasa Sunda di kalangan masyarakat Bandung, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat lain dan orang asing.

Firman meyakini dengan memanfaatkan nilai-nilai lokal literasi digital masyarakat di setiap daerah sebagaimana mestinya, maka indeks bisa meningkat yang sangat tidak baik bagi produk IMDI.

“Pada akhirnya, jika kita menemukan cara unik pemanfaatan digital di setiap daerah, maka akan menghasilkan masyarakat. Jangan sama sekali mencontoh daerah lain, tidak harus sukses. Setiap daerah mempunyai daerahnya masing-masing. karakteristik individu dan kita memerlukan pendekatan yang berbeda,” kata Firman.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours