Damri Banda Aceh kaji trayek ke Medan terkoneksi ke Trans Sumatera

Estimated read time 2 min read

Banda Aceh (ANTARA) – Perum Damri Cabang Banda Aceh menilai perluasan Jalur Antar Provinsi (AKAP) di Medan, Sumatera Utara, seiring dengan meningkatnya minat terhadap angkutan bus, juga mendukung program link Trans Sumatera.

Manajer Bisnis Perum Damri Cabang Banda Aceh Suprihatin, Sabtu, mengatakan perluasan jalan ini sejalan dengan program Damri pusat, setelah melihat keberhasilan Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Banyuwangi, Jawa Timur.

“Nanti akan disetujui untuk Trans Sumatera dan Trans Sulawesi. Kalau Trans Sumatera dulu dari Lampung ke Banda Aceh,” kata Suprihatin di Banda Aceh.

Tahap saat ini, jelasnya, Damri sedang melakukan survei melalui kuisioner kepada masyarakat di setiap titik, mulai dari Lampung – Padang, kemudian Padang – Medan, hingga Medan – Banda Aceh.

“Tim pusat Insya Allah pada Senin (22/7) akan mulai melakukan survei teknis mulai dari Lampung hingga Banda Aceh, terhadap setiap cabang Damr yang dilewatinya,” ujarnya.

Memang saat ini pilihan AKAP untuk jalur Banda Aceh-Medan beragam, banyak diisi oleh berbagai perusahaan swasta. Bahkan bus yang sudah lama terkenal seperti Pelangi, Kurnia, Simpati masih eksis hingga saat ini.

Meski demikian, Suprihatin menilai tidak menutup kemungkinan Damri juga bisa berperan sehingga perluasan jalan ini penting untuk diwujudkan, apalagi seiring dengan program Trans Sumatera untuk mendukung pelayaran Indonesia.

“Ini juga sebagai wujud pengabdian kami kepada masyarakat, sebagai satu-satunya BUMN yang bergerak di bidang transportasi,” ujarnya.

Hingga saat ini Perum Damri Banda Aceh hanya melayani angkutan jalan perintis yang disubsidi pemerintah melalui Kementerian Perhubungan.

Saat ini Damri Banda Aceh melayani 11 ruas jalan yang tersebar di delapan kabupaten/kota di Aceh.

“Kalau di Aceh Tamiang ada dua, di Nagan Raya satu, di Aceh Selatan ada satu, dan lain-lain,” ujarnya.

Menurutnya, konsep angkutan perintis adalah menghubungkan daerah-daerah terpencil atau belum berkembang dengan titik-titik yang sering dilalui daerah tersebut, atau dari desa tersebut ke pusat dinas.

Misalnya di Aceh Selatan, dari pedalaman Manggamat hingga Kota Fajar. Jadi lebih fokus ke daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours