Bey dapati kreativitas petani saat tinjau potensi kekeringan di Bogor

Estimated read time 2 min read

Bandung (ANTARA) – Penjabat Gubernur (Pj) Jawa Barat Bey Triadi Machmudin mengemukakan sejumlah temuan menarik hasil kreativitas petani saat mengkaji potensi kekeringan di Kabupaten Bogor, Rabu. Kreativitas tersebut terlihat dari penghematan petani hingga 70 persen dalam penggunaan pompa, khususnya dalam penggantian bensin dengan elpiji 3 kilogram (kg). “Dengan menggunakan elpiji yang biasanya bahan bakarnya 10 liter, petani harus mengeluarkan uang antara Rp 100.000 hingga Rp 120.000. Sedangkan kalau pakai gas melon hanya Rp 25.000, jadi ada penghematan hampir 70 persen, tapi Saya juga akan menginformasikan kepada Kementerian Pertanian bahwa mereka telah membeli pupuk sebanyak Rp 160.000,” kata Bey dalam keterangannya di Bandung, Rabu. Dalam survei yang dilakukannya di Desa Tegal Panjang, Kecamatan Kariu, Kabupaten Bogor, Bey menyerap aspirasi petani dan mencermati situasi pertanian untuk mencari langkah antisipasi risiko kekeringan berkepanjangan di tahun 2024. Dalam kunjungan tersebut, Bey mengetahui hal tersebut di tahun 2023. , para petani di wilayah tersebut terkena dampak kekeringan berkepanjangan yang menyebabkan terjadinya perubahan musim tanam. “Tahun ini panen kedua, tapi musim tanamnya baru satu kali, terakhir akhir tahun lalu, lalu Maret panen, ini yang kedua. Biasanya mereka tanam akhir tahun. atau lagi di awal tahun,” kata Bey. Hasil Gabah Kering Giling 5,6 Ton dan Harga Jual Rp 6.000 per Kilo, Petani Berencana Percepat Musim Tanam Agustus 2024. Baca juga: PLTS-Biogas di Kuningan Prinsip “zero waste” “Mereka menanam dengan sistem pompa yang ada Agustus lagi. Biasanya mereka sewa pompa, tapi saya usahakan mereka mendapat dukungan pompa dari Kementerian Pertanian,” ujarnya. Kajian itu sendiri, kata Bey, berarti pihaknya harus mendapat laporan langsung dari petani yang akan memberikan masukan berharga. Hal ini dilakukan karena mereka harus mewaspadai bahaya kekeringan berkepanjangan, terutama ketika para petani yang bekerja di sawah membenarkan bahwa pengawas telah mengetahui tentang masih mahalnya harga pupuk dan bantuan pompa. mereka pakai bensin” Mereka kesulitan beli bensin, harus pakai jerigen, kadang ditolak di SPBU, kalau pakai elpiji praktis karena beli di toko. Perlu polusi juga berkurang, disini .lapangan, lapor saya bawa ke kepala inspektur Kementerian Pertanian,” ujarnya. Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau pada tahun 2024 akan tertunda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di sebagian besar wilayah Indonesia. Puncak musim kemarau 2024 diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2024. Baca juga: Bey Peringatkan KBU soal Proyek BUMD Tak Berizin di Puncak

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours