Konjen Guangzhou: sepertiga investasi China dari Tiongkok Selatan

Estimated read time 4 min read

Nanning (ANTARA) – Konjen Indonesia di Guangzhou Ben Perkasa Drayat mengatakan sepertiga investasi Tiongkok di Indonesia berasal dari provinsi selatan Tiongkok yang menggunakan teknologi tinggi.

Lebih dari sepertiga investasi Tiongkok di Indonesia berasal dari kawasan ini, terutama di bidang komunikasi, kesehatan, pertanian, energi baru, dan kendaraan listrik, kata Ben Perkasa Dry pada hari Kamis di Nanning, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang Tiongkok. /9)

Pengumuman tersebut disampaikan Ben Perkasa pada Indonesia-China Investment Forum 2024 yang diselenggarakan bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) Guangzhou dan dihadiri sekitar 100 pengusaha.

KJRI Guangzhou sendiri memiliki empat provinsi di Tiongkok bagian selatan, yaitu Guangdong, Fujian, Henan, dan Guangxi, dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa atau 13,5 persen dari total penduduk Tiongkok.

“Salah satu kisah sukses investasi di Tiongkok Selatan adalah SAIC GM Wuling di Guangxi yang berperan penting dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Selain pariwisata, lebih dari 500.000 wisatawan Tiongkok telah berkunjung ke Indonesia dari Tiongkok Selatan,” kata Ben. .

Ben mengatakan Tiongkok Selatan berperan penting dalam memperdalam hubungan Indonesia dan Tiongkok.

“Lebih dari 20 persen perdagangan Indonesia dengan Tiongkok dilakukan melalui wilayah selatan.” Pada semester pertama tahun ini, total perdagangan Indonesia dengan Tiongkok melalui kawasan ini mencapai 22,53 miliar dollar AS (sekitar 340,8 triliun), atau meningkat sebesar 3,31 persen. tambah Ben.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Mardiana Listovati menyatakan dalam program tersebut Indonesia perlu memperkuat industri dalam negeri, hilirisasi, dan peningkatan daya saing guna menjaga tren perdagangan positif dari sisi kebijakan dalam negeri. Industri produk berorientasi ekspor

“Program hilirisasi industri dan peningkatan daya saing produk ini pasti membutuhkan dukungan permodalan yang besar. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mendatangkan investasi ke Indonesia,” kata Mardiana.

Namun investasi di Indonesia harus fokus pada nilai tambah, yaitu terciptanya industri terintegrasi yang menghasilkan barang bernilai tinggi, sejalan dengan rencana hilirisasi investasi.

“Dengan besarnya investasi dan meningkatnya ekspor produk-produk bernilai tambah, diharapkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang selama ini bergantung pada konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun swasta, dapat diubah menjadi produk investasi dan ekspor. -tergantung PDB yang bernilai tinggi, kata Mardiana.

Melalui forum ini, Mardiana mengajak para pengusaha, investor, dan perwakilan pemerintah Indonesia yang hadir untuk bekerja sama lebih intensif, mempererat hubungan bisnis, dan menjajaki peluang baru.

Memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas terbaik dan kebijakan pemerintah di Indonesia yang mengedepankan kemudahan berusaha dan berinvestasi di Indonesia, kata Mardana. Pada Kamis (26/9/2024), diselenggarakan “Indonesia-China Investment Forum 2024” yang bekerjasama dengan Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) Guangzhou di Nanning, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang Tiongkok. (ANTARA / Desca Lidia Natalia)

Dari sisi perdagangan, Tiongkok tercatat sebagai mitra dagang terbesar Indonesia. Berdasarkan data bea cukai Tiongkok, perdagangan Tiongkok-Indonesia akan bernilai US$139,41 miliar (2,1 kuadriliun rupiah) pada tahun 2023.

Rinciannya, ekspor Indonesia sebesar $74,21 miliar (1,1 kuadriliun rupiah), dan impor Indonesia dari Tiongkok sebesar $65,2 miliar (986,4 triliun rupiah).

Sedangkan pada triwulan I tahun 2024, nilai perdagangan mencapai 33,57 miliar dolar AS (sekitar 507,9 triliun) dengan ekspor Indonesia senilai 16,94 miliar dolar AS (256,3 triliun rupiah) dan impor sebesar 16,61 miliar dolar ($16,61 miliar).

Sedangkan investasi Tiongkok di Indonesia berdasarkan catatan BKPM pada periode 2019 – I-semester I-2024 mencapai 32,2 miliar dolar AS (487,1 triliun rupiah) dengan sekitar 21.022 ribu proyek.

Nilai investasi Tiongkok pada tahun 2023 sebesar $7,4 miliar (111,96 triliun rupiah), kedua setelah Singapura sebesar $15,4 miliar (233 triliun rupiah).

Lima bidang utama investasi Tiongkok di Indonesia adalah industri pengolahan logam dasar ($13,626 miliar / 206,1 triliun rupiah); transportasi, penyimpanan dan telekomunikasi ($7,878 miliar/119,1 triliun rupiah); sektor kimia, farmasi, dan industri (USD 2,746 miliar/RP 41,5 triliun), listrik, gas, dan air (USD 2,651 miliar/RP 40,1 triliun); Rumah dan perkantoran (US$2,139 miliar / Rp 32,3 triliun).

Pada periode ini, berdasarkan lokasi, wilayah dengan investasi Tiongkok tertinggi adalah Sulawesi Tengah (US$11,64 miliar/Rp 176,1 triliun), Jawa Barat (US$7,02 miliar/Rp 75,3 triliun), Jakarta (1,6 miliar USD/Rp.

Salah satu investasi terbesar Tiongkok di Indonesia adalah transportasi, dan proyek utamanya adalah kereta cepat Jakarta-Bandang dengan kecepatan 350 kilometer per jam.

Proyek andalan tersebut dibiayai oleh Tiongkok dengan investasi sebesar 7,3 miliar dolar AS (sekitar 110,44 triliun) sejak mulai dikerjakan pada Oktober 2023.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours