5 Fakta Menarik Militer Suriah di Negara yang Penuh dengan Konflik dan Kudeta

Estimated read time 4 min read

Damaskus – Suriah dikenal sebagai negara yang paling sering terlibat konflik dan kudeta militer di Timur Tengah. Ini memberikan fakta menarik kepada tentara negara.

Sepanjang sejarahnya, Suriah dikenal sebagai negara yang selalu terlibat konflik internal dan eksternal. Suriah telah mengalami perang saudara, serangan teroris, dan serangan dari negara tetangga.

Meski begitu, konflik tersebut belum sepenuhnya terselesaikan. Ini adalah salah satu negara paling tidak aman untuk ditinggali di Timur Tengah.

5 fakta menarik tentang tentara Suriah

1. Kekuatan militer Suriah

Pada dasarnya Suriah bukanlah negara yang memiliki kekuatan militer yang kuat di Timur Tengah. Faktanya, negara ini hanya menempati peringkat ke-60 dari 145 negara menurut Global Firepower Survey.

Peringkat tersebut tentu tertinggal jauh dari negara-negara kuat lainnya di Timur Tengah seperti Iran, Israel, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Turki. Namun kekuatan militernya bisa diandalkan karena banyaknya sekutu Syiah di Timur Tengah.

Angkatan Udara Suriah hanya memiliki 57 jet tempur dan 27 helikopter serang. Negara ini juga memiliki ribuan tank dan ribuan kendaraan lapis baja. menjadikannya negara yang layak meskipun tidak kuat.

2. Selalu memusuhi Israel

Suriah dan tentaranya termasuk negara yang tidak pernah berdamai dengan Israel. Konflik keduanya dimulai pada tahun 1948 ketika angkatan bersenjata Suriah bertempur dalam perang Arab-Israel.

Kebencian Suriah terhadap Israel semakin dalam ketika pada tahun 1967, setelah kemenangan dalam Perang Enam Hari melawan Mesir dan Suriah, negara Yahudi tersebut berhasil menaklukkan Dataran Tinggi Golan dari Damaskus.

Suriah memulai Perang Yom Kippur pada tahun 1973 untuk menaklukkan wilayah ini, di mana mereka dan koalisi negara-negara Arab kembali dikalahkan.

Sejauh ini perselisihan keduanya belum terselesaikan. Bahkan Israel terkadang tak segan-segan menyerang Suriah yang ditengarai menjadi markas utama milisi Syiah asal Iran.

Serangan terakhir Israel ke Suriah terjadi pada 8 September 2024, yang mengakibatkan sedikitnya 18 orang tewas dan banyak lainnya luka-luka dalam serangan udara tersebut.

3. Sering terlibat kudeta militer

Serangkaian kudeta militer dimulai di Suriah antara tahun 1948 dan 1967. Pemberontakan dimulai pada bulan Maret 1949, ketika Jenderal Hosni al-Zaim mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden.

Setelah itu, pada tahun 1949, Jenderal Adib Shakali mengambil alih kekuasaan hingga ia digulingkan dalam pemberontakan Suriah pada tahun 1954.

Pada tahun 1963, Komite Militer Komando Regional Suriah dari Partai Baath Sosialis Arab menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan perebutan kekuasaan melalui kudeta militer konvensional.

Konflik terkait kudeta militer terbaru terjadi hampir satu dekade lalu, ketika perang saudara pecah di Suriah pada tahun 2011 akibat protes terhadap pemerintahan Presiden Assad, dan tentara Suriah tidak segan-segan membunuh pengunjuk rasa yang tidak bersenjata.

4. Memerangi ISIS

Perang saudara yang pecah di Suriah menciptakan kelompok milisi baru yang dikenal dengan nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pertumbuhan kelompok ini begitu pesat hingga berhasil mengambil alih Suriah pada tahun 2013.

Pertumbuhan ISIS di Suriah menyebabkan AS, Inggris, dan Prancis memperluas kampanye udara mereka di Irak hingga mencakup Suriah pada tahun 2015.

Selain itu, pada bulan September 2015, atas permintaan pemerintah Suriah, serangan udara dilancarkan terhadap Rusia, yang diklaim sebagai target ISIS.

Dengan dukungan Rusia dan Iran, pemerintah Suriah merebut kembali wilayah dari kekuatan oposisi, termasuk kubu oposisi di Aleppo pada tahun 2016.

Meskipun demikian, ISIS belum hilang dan perang saudara di Suriah terus berlanjut dengan kegagalan perundingan PBB.

Namun sepanjang Agustus 2023, tentara Suriah menjadi sasaran berbagai serangan ISIS dan tentara Israel. Hal ini tentu memperburuk status Suriah sebagai negara yang tidak pernah mendapatkan keuntungan dari Timur Tengah.

5. Mendapat dukungan senjata dari Iran

Suriah, sebagai negara yang kerap terlibat konflik di Timur Tengah, rupanya menjadi gudang senjata Iran. Diketahui, Teheran kerap mengirimkan berbagai senjata ke Suriah.

Faktanya, Iran baru-baru ini mengirimkan pasokan senjata ke Suriah melalui misi bantuan gempa pada pertengahan tahun 2023.

Iran menggunakan penerbangan bantuan gempa untuk membawa senjata dan peralatan militer ke sekutu strategisnya, Suriah, kata sembilan sumber asal Suriah, Iran, Israel, dan Barat, melaporkan dari Reuters.

Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa hal itu dimaksudkan untuk memperkuat pertahanan Iran terhadap Israel di Suriah dan memperkuat Presiden Suriah Bashar al-Assad.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours