Prancis Peringatkan Warganya untuk Meninggalkan Iran

Estimated read time 2 min read

PARIS – Kementerian Luar Negeri Prancis (Kemlu) mengeluarkan rekomendasi agar warganya meninggalkan Iran dan tidak bepergian ke sana, “untuk alasan apa pun”.

Kementerian menyebut adanya “peningkatan risiko eskalasi militer di wilayah tersebut.”

Peringatan itu muncul setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada hari Rabu.

Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, meskipun rezim Zionis tidak mengakui atau menyangkal keterlibatannya.

Pembunuhan tersebut menyebabkan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, serta Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Laporan media Barat menunjukkan bahwa pembalasan Iran terhadap Israel mungkin akan segera terjadi.

“Warga negara Prancis yang saat ini berada di Iran disarankan untuk meninggalkan Iran sesegera mungkin,” demikian pernyataan yang dimuat di situs kementerian pada Jumat (08/08/2024).

Pernyataan itu juga meminta masyarakat untuk “sangat waspada” ketika berada di Iran, “menahan diri dari semua demonstrasi” dan secara teratur memeriksa situs web kedutaan.

Paris juga telah memerintahkan tindakan keamanan ekstra di situs-situs Yahudi di seluruh Prancis, dengan alasan adanya ancaman serangan “balas dendam” atas pembunuhan Haniyeh.

“Risiko terjadinya hal ini nyata,” kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin.

Prancis merupakan rumah bagi populasi Yahudi terbesar ketiga di dunia, setelah Israel dan Amerika Serikat (AS).

Tak hanya itu, Prancis juga merupakan rumah bagi komunitas Muslim terbesar di Eropa, menurut AFP.

Pada hari Kamis, New York Times melaporkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas.

CNN dan Axios melaporkan pada hari Jumat bahwa para pejabat AS memperkirakan akan terjadi serangan terhadap Israel dari Teheran, yang mungkin juga melibatkan Hizbullah.

Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas tersebut, dan Khamenei mengatakan Israel akan “dihukum berat”.

Ketegangan antara Israel, Iran dan Hizbullah meningkat akibat kampanye militer di Gaza. Setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada Oktober lalu, rezim kolonial merespons dengan kampanye pengeboman besar-besaran yang diikuti dengan invasi darat ke Gaza.

Israel telah membunuh hampir 40.000 warga Palestina di Gaza. Kebanyakan korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Moskow telah berulang kali memperingatkan risiko konflik Gaza meningkat menjadi perang besar di Timur Tengah dan meminta semua pihak untuk menunjukkan kemerdekaan.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk keras pembunuhan Haniyeh, dan memperingatkan bahwa tindakan tersebut “penuh dengan konsekuensi berbahaya bagi seluruh wilayah”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours