Prestasi biliar yang tak pandang usia

Estimated read time 5 min read

Medan (ANTARA) – Seorang pria berjalan pelan sambil memegang tongkat kayu berwarna hitam putih sepanjang 1,5 meter di tangan kanannya.

Pada turnamen biliar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Aula Parde Medan, ia melewati meja yang berjejer di antara sembilan meja biliar.

Matanya tidak berkedip saat dia menatap tajam ke tiga bola putih, merah dan kuning yang tergeletak di atas meja berkarpet hijau.

Tak lama kemudian, dia mengarahkan ujung tongkat hoki yang ditempel ke bola lalu melepaskan tembakan.

Teriakan dan tepuk tangan penonton sontak memecah kesunyian di sekitar meja saat misil tersebut memantul sebanyak tiga kali dari dinding meja hingga mengenai dinding sasaran. Dia mencapai posisi ke-40, yang berarti akhir balapan.

Pemilik nomor tersebut adalah Tan Kiong An yang merupakan salah satu dari 141 peserta Turnamen Cabang Biliar PON Aceh-Sumut 2024.

Pemain biliar asal Jawa Tengah itu meraih gelar tunggal Carrom 3 setelah mengalahkan Rudy Hasan dari Jakarta dengan skor 40-27.

Sisi lain: Tan Kiong memikat penonton

Tan Kiong membuat kagum penonton dan pemain pool lainnya yang turut menyaksikan dinamika luar biasa dalam menembakkan bola dengan akurasi tinggi.

Setidaknya keheranan penonton tercermin dari kata-kata mengerikan, indah, sempurna, keren banget, luar biasa yang mereka ucapkan.

Fakta menarik yang menambah decak kagum penonton selain penampilan apiknya adalah Tan Kiong sudah berusia 74 tahun. Dia adalah pemain biliar tertua dibandingkan pemain biliar lainnya di pertandingan nasional.

Flek hitam pada kulit wajah menandakan usia Anda sudah tidak muda lagi. Lengannya tanpa otot melambangkan penuaan.

Pemain pool sisi tua yang keluar di nomor tunggal juga keluar dalam menjalankan bola. Tan Keon tidak menekuk badannya 90 derajat seperti kebanyakan pemain biliar saat membidik dan menembak bola.

Dilihat dari cara dia memposisikan tubuhnya, sepertinya pemain biliar itu tidak serius dengan permainannya. Namun, jika tembakannya selalu akurat, efek ini akan langsung hilang.

Tan Kiong sukses mengatasi keraguan penonton terhadap penampilannya di usia senja.

Ditambah perolehan medali emas bagi Jawa Tengah yang sebelumnya hanya meraih satu emas melalui duet Rico Dela/Rizkha Afhandy yang menjadi juara nomor satu ganda putra.

Sisi lain; Bersaing dalam akurasi, bukan kecepatan

Pada turnamen PON Aceh-Sumut 2024, Tan Kiong diutus Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Billiard Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Tengah untuk memperebutkan mesin no. Biliar jenis ini memang kurang populer di kalangan masyarakat umum.

Carrom tidak dimainkan dengan memasukkan bola ke dalam lubang seperti billiard, snooker atau billiard Inggris. Meja biliar Caro tidak memiliki lubang.

Bolanya juga hanya ada tiga, satu bola putih, satu bola merah, dan satu bola kuning.

Cara bermain Carrom Billiard memang unik. Bola harus memantul tiga kali sebelum mengenai bola lainnya. Setiap pemain hanya mendapat satu poin untuk tiga kali pantulan hingga menyentuh bola lainnya.

Bagi Tan Kiong, carrom billiard bukan soal kecepatan, tapi soal ketepatan dalam menghadapi lawan. Setiap sisi meja harus dihitung dengan benar karena bola harus memantul sebanyak tiga kali sebelum mengenai bola lainnya.

Sering digunakan untuk menunjukkan arah pantulan bola sebelum mengenai tongkat.

Kejelasan adalah prinsip yang selalu dia pegang saat bermain. Tidak hanya memantulkan bola secara akurat, bahkan ketika bola meleset dari sasaran dan memberikan bola kepada lawan.

Dalam setiap pertandingannya harus selalu menerapkan strategi yang tepat dan tidak mengunci permainan lawan. Strategi ini terbukti efektif dalam memenangkan balapan yang menyertakan Rudy Hasan di final penentu kejuaraan.

Tidak mudah menemukan strategi yang tepat dalam permainan mobil, namun Tom Kiong berhasil melakukannya. Pada PON kali ini, ia dengan sempurna mengikuti prinsip akurasi dalam setiap pertandingan hingga berhasil meraih medali emas.

Halaman Berikutnya: Kegiatan PON Populer Kegiatan PON Populer

Tan Kiong bukanlah pemain baru di olahraga billiard Indonesia. Pemain billiard ini mulai bermain billiard pada usia 18 tahun dan mengikuti berbagai turnamen tingkat nasional di luar negeri seperti PON dan SEA Games.

Ia tak pernah ketinggalan mengikuti ajang olahraga terbesar Indonesia, PON. Tan Kiong tampil sebagai atlet biliar yang bermain pada kategori Carrom PON Jakarta tahun 1996, meski saat itu belum banyak atlet yang bertanding.

Baginya, PON merupakan turnamen olahraga paling terkenal di Indonesia karena semua atlet dari berbagai cabang olahraga seperti billiard bertemu di sana. PON merupakan ajang kompetisi terbaik tingkat nasional.

Oleh karena itu, ia disambut baik saat diutus untuk mengikuti kompetisi PON Aceh-Sumut 2024 pada 9 September hingga 20 September.

Bahkan, Tan Kyung meyakinkan dirinya siap tampil lagi di PON berikutnya jika diberi kesempatan lagi.

Usai perebutan medali PON, ia mengemban misi pribadi untuk mempopulerkan olahraga billiard kategori karambol agar semakin banyak masyarakat yang berminat dan bermunculan bakat-bakat baru.

Ia berharap menjadi “Tan Kyong Tan Kyong” baru yang mampu mengukir prestasi membanggakan di kancah internasional yang lebih besar.

Syafril Nasution, Wakil Direktur POBSI, juga menyampaikan harapan besar terhadap munculnya talenta-talenta baru melalui PON pada pembukaan Turnamen Billiard PON.

Bagi POBSI, PON merupakan momentum strategis untuk melahirkan talenta-talenta unggulan yang mampu berlatih untuk bersaing di berbagai kejuaraan tingkat internasional di masa depan.

Nasut juga mengapresiasi antusiasme para pemain billiard dari berbagai daerah di Tanah Air untuk mengikuti PON Aceh-Sumut 2024. Para kontestan berasal dari 32 provinsi.

Ia mengatakan, keikutsertaan para pemain biliar mencerminkan bahwa olahraga biliar tidak ada batasnya. Siapa pun, dari mana pun, berapa pun usianya, bisa bersaing dan berprestasi.

Persis seperti itu. Siapapun bisa unggul dalam permainan biliar, seperti Tan Keon yang berusia 74 tahun.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours