Kampus Undip Rawan Disusupi Kelompok Radikal, Densus 88 Turun Tangan

Estimated read time 3 min read

SEMARANG – Pasukan Khusus (Densus) 88/Polri Anti Teror memetakan kampus, termasuk masjid, musala kampus sebagai tempat menghindari radikalisasi. Salah satu tempat kerja Densus di Jawa Tengah adalah Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

“Berdasarkan catatan dan sejarah, ada benang merahnya. “Semua kampus masih kami pantau,” kata Densus 88/AT Polri Kombes Pol Indra Kurniawan (27/08/2024) Wakil Direktur Direktorat Koordinasi Integrasi (Inkoor) Direktorat Identifikasi Sosial (Idensos).

Densus tidak bisa menyebutkan temuan spesifiknya. Meski demikian, Densus menegaskan program deradikalisasi harus tetap dilaksanakan.

“Kami tidak bisa memberikan secara spesifik (temuan, hasil pemantauan), namun apa yang kami lakukan menyarankan agar program deradikalisasi Undip sebaiknya dilaksanakan,” lanjutnya.

Kompol Indra mengatakan, pada awal Agustus lalu, timnya bertemu di kampus Undip untuk berbincang dengan beberapa pejabat senior dan menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil bersama dalam konteks radikalisasi.

Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma Densus 88/AT yaitu mengutamakan deradikalisasi untuk menangani terorisme. Menurut Combes Indra, program deradikalisasi merupakan program pemolisian yang dilaksanakan Mabes Polri pada tahun 2024 hingga 2029.

Oleh karena itu, program deradikalisasi ini tidak bisa dilaksanakan oleh Densus saja.

“Perlu kolaborasi besar dengan semua pihak, pendekatan pentahelix, ada lima komponen yang berperan sama dalam program deradikalisasi ini dan salah satunya adalah akademik,” ujarnya.

“Jadi kami berharap Pak Rektor meningkatkan kesadaran untuk membuat program-program yang kedepannya bisa dilaksanakan dan bisa kita lakukan bersama-sama, kami (Densus) siap mendukung,” kata Kompol Indra.

Diketahui, Undip sendiri dulunya mempunyai Kelompok Anti Radikalisme (Timaru) Undip.

Mantan Presiden Timaru M. Adnan membenarkan, dirinya dan beberapa pimpinan kampus Undipe telah bertemu dengan Densus 88 sebelumnya.

“Sekarang saya sudah bertemu dengan presiden baru (yang memimpin), tapi saya dengar namanya sekarang diubah menjadi Timaru, sekarang agak membingungkan, mohon maaf,” kata M. Adnan saat ditemui dalam konferensi tersebut. Hapus Kampus FISIP.

Selain terorisme radikal, kelompok baru Undip juga terlibat dalam banyak hal lain, termasuk narkoba.

“Itulah hal yang diabaikan. Jika ada 3 soal, siapkan 3 mangkok. “Orang-orang yang berkompeten bisa mengatasinya masing-masing, kalau ketiga permasalahan itu digabungkan dan diselesaikan oleh satu orang, maka pengalamannya tidak akan menjadi pusat perhatian, sekalipun dalam satu bidang,” lanjut M. Adnan.

Sementara itu, bedah buku dan seminar bertajuk “Radikalisme – Terorisme: Tantangan Kekerasan Berbasis Agama dan Garis Besar Kelompok Kekerasan di Seluruh Dunia” dilaksanakan di Kampus FISIP Undip Tembalang.

Buku yang diresensi M. Adna berjudul Kekerasan Berbasis Agama dan Radikalisme dan Terorisme: Sketsa Kelompok Garis Keras di Seluruh Dunia.

Pada tahun 2000-2011, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara K.H. As’ad Said Ali, salah satu pembicara, M. Adnan dan Prof. Thohir dari Mujahir.

As’ad Ali mencatat, beberapa kampus, termasuk Undip, memiliki kesamaan tema dan sejarah dengan kelompok radikalisme.

Belakangan, Parawijayanto, pimpinan tertinggi Jemaah Islamiyah (JI), mencontohkan lulusan Undip. Para kini mendekam di penjara setelah ditangkap Densus 88.

“Pergerakan kampus tidak seperti dulu (perubahan pola rekrutmen), sebelum IBA (Abu Bakar Baasyir) membuat kelompok belajar, sekarang tidak seperti itu kan? “Saya bilang ini memang terjadi, tapi hati-hati,” kata Asad Ali, yang pernah menjabat Wakil Presiden BIN di bawah Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, dan SBY.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours