BKPM siap beri pembebasan bea impor mesin guna dukung ketahanan pangan

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung mengatakan, pihaknya saat ini tengah mempersiapkan pembebasan bea masuk mesin untuk perusahaan pertanian karena program ketahanan pangan dan energi di dalam negeri sedang dipersiapkan sebagai Amnesty. fasilitas.

“Tidak ada fasilitas impor mesin dan peralatan untuk sektor pertanian. (Saat ini) harus melalui mekanisme biasa, membayar bea masuk. Padahal, ke depan kita harus mengembangkan kebutuhan kita, khususnya ketahanan pangan dan energi. Termasuk sektor pertanian sebagai sektor yang menguntungkan,” kata Wamen Yulet di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan, skema pembebasan bea masuk tersebut dimaksudkan untuk mendorong proyek investasi di sektor pertanian, seperti pengembangan industri perkebunan gula, gula, bioetanol, dan pembangkit listrik di Meruki, Papua Selatan.

Dijelaskannya, investasi budidaya tebu dan industri tebu di Meruki saat ini dalam tahap pengembangan, sudah memasuki tiga klaster tebu dengan luas 2 juta hektare (ha). Oleh karena itu, melalui pembebasan pajak impor mesin, swasembada pangan Indonesia diharapkan dapat terlindungi dan proyek ini dapat berhasil.

“Dalam pembangunan industri gula klaster ketiga ini direncanakan akan dibangun lima pabrik dan diintegrasikan dengan bioetanol. Di Kabupaten Meruki, infrastruktur dan dana pelatihan telah disiapkan oleh pelaku usaha dengan melibatkan masyarakat setempat. Selain itu juga telah dibangun Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan bekerja sama dengan Sugar Research Australia (SRA),” ujarnya.

Total rencana investasi perkebunan tebu di tiga klaster otonom gula dan bioetanol di Meruki, Papua Selatan sebesar 5,62 miliar atau Rp 83,27 miliar.

Investasi tersebut antara lain budidaya tebu dengan teknologi mekanisasi pertanian senilai Rp29,2 miliar, membangun lima pabrik gula dan bioetanol senilai Rp53,8 miliar, membangun pusat pelatihan sumber daya manusia, serta membangun penelitian dan pengembangan senilai $120 miliar. Rp 150 miliar per tahun.

Terdapat lima klaster wilayah dengan luas total lebih dari 2 juta hektare yang akan menjadi hub pengembangan swasembada bioetanol tebu terintegrasi. Klaster satu dan dua seluas 1 juta hektar, klaster tiga seluas sekitar 504.373 hektar, dan klaster empat seluas 400.000 hektar. Baca Juga: Titian serukan pembebasan pajak atas impor mesin manufaktur: BPS: Impor migas selain impor mesin di bulan Oktober

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours