Kisah Cinta Pangeran Diponegoro, Pahlawan Gagah yang Dipaksa Menikah Lagi demi Kepentingan Politik

Estimated read time 3 min read

Pangeran Diponegoro, pahlawan yang namanya tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai pejuang gigih melawan penjajahan Belanda, menjelma menjadi kisah cinta yang penuh liku-liku dan kepahlawanan politik.

Diponegoro, yang dikenal sebagai Pangeran Goa Selarong, memimpin perlawanan heroik yang menghancurkan kekuatan kolonial di Hindia Belanda. Namun setelah keberaniannya di medan perang, Pangeran Diponegoro menjadi pria penuh cinta yang menikahi sejumlah wanita cantik. Kisah cintanya tak hanya mengharukan, namun juga penuh makna mendalam.

Sarjana dan penulis Peter Carey menyatakan dalam bukunya “Sejarah Nasib Pangeran Diponegoro 1785-1855” bahwa Pangeran Diponegoro menikah pertama kali pada tahun 1803. Istri pertamanya adalah Raden Ayu Retno Madubrongto, putri Kiai Gede Dadapan, seorang pendeta kondang di Dadapan. Desa. Dari pernikahan tersebut lahirlah putra pertama mereka, Raden Mas Ontowiroyo yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro II.

Kisah Diponegoro tentang kepahlawanan dan cinta ditulis oleh putra sulungnya “Babad Dipanagara Surya Ngalam”. Namun kisah cinta Pangeran Diponegoro tak selamanya berjalan mulus. Bertahun-tahun setelah pernikahan pertamanya, Diponegoro dipaksa menikah lagi oleh orang tuanya. Saat ini ia menikah dengan Raden Ajeng Supadmi, putri Bupati Panolan, yang bekerjasama dengan strategi politik Sultan Hamengku Buwono III. Pernikahan ini dilangsungkan pada tanggal 27 Februari 1807 dan dirayakan secara besar-besaran.

Sayangnya pernikahan keduanya ini tidak bertahan lama dan tidak membawa kebahagiaan bagi Diponegoro. Istri keduanya tinggal di Keputren, Keraton Yogyakarta, sedangkan Diponegoro sendiri tidak pernah bercerita tentangnya. Putra sulungnya, Diponegoro II, bahkan menyebut ibu tirinya sombong dan tidak adil terhadap ibu kandungnya, Madubrongto, yang berasal dari kelas sosial bawah dan meninggal dalam usia muda sebelum pecahnya Perang Jawa.

Menurut buku Carey, Diponegoro mempunyai empat istri sah dan beberapa selir. Selain istri-istrinya seperti Raden Ayu Rukmini, Raden Ayu Siti Aisyah, Raden Ayu Ratnaningsih dan Raden Ayu Maduretno, ia mempunyai beberapa istri seperti Raden Ayu Siti Fatimah, Raden Ayu Siti Zainab, Raden Ayu Siti Khadijah dan Raden Ayu Siti Aminah.

Pada masa perang, setelah kematian empat istrinya pada tahun 1827 akibat wabah kolera, Diponegoro menikah dengan tiga istri baru pada akhir November 1827. Salah satunya adalah Raden Ayu Retnoningsih, yang saat menikah berusia 17 tahun dan merupakan seorang putri. dari bupati. dari suku Keni. Retnoningsih adalah satu-satunya istri sah yang mendampingi Diponegoro ke pengasingan dan melahirkan dua orang anak.

Namun kisah cinta Pangeran Diponegoro tidak semuanya bahagia. Ada kisah cinta yang konon menjadi alasan kemenangan besar Diponegoro dalam perang melawan Belanda. Pada malam tanggal 14 Oktober 1826, sebelum pertempuran besar Gowok, Diponegoro bermalam bersama seorang gadis muda Tionghoa yang menjadi tawanan perang. Akibatnya, ia tidak mampu mengatur strategi perang dan kalah perang, kehilangan banyak pasukan dan senjata.

Kisah cinta Pangeran Diponegoro menampilkan sisi kemanusiaan sang pahlawan yang juga rentan terhadap cinta dan nafsu. Namun hal tersebut tidak mengurangi kehebatan jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours