Mengurangi Beban Subsidi Negara dari Tumpukan Sampah

Estimated read time 6 min read

BALIKPAPAN – Pertumbuhan penduduk Indonesia telah mendorong konsumsi energi negara tersebut. Konsumsi energi dalam negeri telah meningkat sebesar 60 persen selama dekade terakhir. Pemerintah juga meningkatkan upaya mengalokasikan tahun 2025 untuk ketahanan ekonomi. dalam Proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Baca Juga: Konsumsi LPG Menurun, Pengawasan ESDM Beralih ke Gas Melon

Anggaran jumbo akan digunakan untuk subsidi industri dan gaji masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, cadangan energi yang terus meningkat setiap tahunnya menjadi beban keuangan negara. Dari kelompok energi, konsumsi LPG atau gas cair untuk rumah tangga yakni LPG 3 kg terus tumbuh.

Tahun ini, Pemerintah telah mengalokasikan 8,02 juta. t subsidi paket gas untuk tabung hijau muda, lebih dari setahun yang lalu. Pemuatan cadangan LPG yang fluktuatif tentunya akan mampu membiayai keadaan di masa depan. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap kebijaksanaan penggunaan sumber energi masih rendah.

Oleh karena itu, penggunaan berbagai sumber energi alternatif harus ditingkatkan, salah satunya adalah pemanfaatan limbah biogas yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi energi rumah tangga.

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan bahwa pada tahun 2024 pada bulan Juli dari 290 desa/kota di seluruh Indonesia, jumlah sampah nasional mencapai 31,9 juta. Sekitar 63,3% atau 20,5 juta galon sampah telah diolah, sedangkan 35,67% atau 11,3 juta galon sampah sisanya tidak diolah.

“Tentu saja limbah ini dapat dikelola menjadi sumber gas energi masyarakat,” kata Direktur Reform Institute Komaidi Notonegoro kepada SINDOnews di Batavia, Jumat (16/08/2024).

Dengan mengubah sampah menjadi gas, hal ini memberikan alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan energi murah dengan sedikit atau tanpa subsidi. Di kawasan yang merupakan sentra peternakan, tidak hanya limbah yang dapat dihasilkan, tetapi juga biogas, yang mengubah kotoran hewan menjadi gas yang dialirkan ke rumah untuk memenuhi kebutuhan manusia.

“Tentunya hal ini akan mengurangi beban subsidi LPG kepada negara. Oleh karena itu, pemerintah termasuk pemerintah daerah harus berperan aktif dalam hal ini, yang potensinya besar, ”ujarnya.

Kebutuhan energi ada di seluruh dunia. Di tengah transisi energi, sumber energi primer seperti minyak bumi, gas, dan batu bara mengalami penurunan. Oleh karena itu, pengembangan sumber energi terbarukan menjadi penting guna menjaga ketahanan energi dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemanfaatan sampah sebagai sumber energi merupakan solusi inovatif untuk mengurangi beban sumber daya negara dan ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Selain itu, Indonesia menghadapi permasalahan pengelolaan sampah yang kompleks dan jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya.

Baca juga: PGN dukung pemerintah dalam pengembangan jaringan gas dengan regulasi subsidi

Diperkirakan peningkatan sampah perkotaan akan mencapai 7-10% per tahun. Dalam teknologi pengelolaan sampah saat ini, tidak mengherankan jika banyak sampah yang tidak ditangani dengan baik. Dengan adanya sumber energi alternatif seperti sampah, maka beban sumber daya masyarakat di sektor energi dapat dikurangi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif setelah tahun 2024-2025. Rapat Paripurna DPR periode 1 dan pidato penting Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah harus melakukan pemerataan sosial. sumber daya.

Bahkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Hemat Energi (EBTKE) terus mendorong nilai dan pemanfaatan sampah perkotaan sebagai sumber energi terbarukan. Dengan demikian, kebutuhan energi nasional dapat dipenuhi dari sumber lain. Selain itu, target ditetapkan untuk memperoleh dukungan terhadap Kontribusi Nasional Indonesia (NDCs). Oleh karena itu, Kementerian ESDM terus menggalakkan inovasi dalam penyediaan energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.

Proses rusak dalam energi murah

Truk pengangkut sampah melaju dan membuang sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan. Sampah menjulang hingga 15 meter di lahan TPA seluas 5,7 hektare. Kawasan TPA Manggar dikenal juga dengan nama Desa Manggar Wasteco Energy.

“Semua sampahnya berasal dari Kota Balikpapan,” kata Suyono, petugas Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Balikpapan yang pernah berada di TPA Manggar, kepada SINDOnews.

Sisa sampah di area TPA Sanitasi 6. Dari TPA Manggar, masyarakat setempat dapat memanfaatkan 820.800 meter kubik gas metana setiap tahunnya, yang disalurkan secara mandiri, karena pemanfaatan ekonomis gas metana dari TPA Manggar lebih tinggi. baik bagi masyarakat.

“Karena masyarakat sudah tidak lagi menggunakan gas LPG untuk kebutuhan energinya. Kalaupun masih tersedia, itu hanya pilihan cadangan jika ada masalah dengan pasokan gas. Tapi itu sangat jarang terjadi,” ujarnya.

Dengan mengolah limbah gas metana, sekitar 400 rumah tangga (kk) di sekitar TPA Manggar menghemat 16.800 tabung per tahun dengan menggunakan elpiji 3 kg. Dengan subsidi Rp 33.000 per pipa, penghematannya 554,4 juta. Rp per tahun. “Dari sudut pandang masyarakat, ada juga penghematan dalam membeli elpiji,” ujarnya.

Suyono yang akan menjabat pada 2026 mengatakan, gas metana di TPA Manggar sebenarnya sudah ada sejak 2012. Namun karena buruknya teknologi, pemanfaatan gas metana sebagai pengganti LPG masih terbatas. Saat itu baru 12 KK yang menggunakan gas metana dari TPA Manggar.

“Tahun 2018 mulai berkembang lagi, dan tahun 2019 sudah banyak masyarakat yang menggunakan gas metana. Sekarang tersebar di empat wilayah yang bersebelahan (RT). Saya sendiri berhenti menggunakan elpiji karena gasnya mengalir 24 jam,” jelasnya.

Bagi masyarakat distribusi gas, infrastrukturnya sangat sederhana. Hanya membutuhkan pipa paralon/PVC diameter 1/2 inchi. Sangat efektif dalam memasak dan tidak berbahaya. “Perbedaan waktu penyalaan dibandingkan LPG hanya 5 menit,” ujarnya. Suyono juga menilai gas metana cocok dikembangkan di volume sampah kota lain karena akan menjamin nilai ekonomi negara dan masyarakat.

Pendapat Suyon terhadap petisi tersebut tidak hanya itu. Warga RT97 Desa Manggar, Rasum Setiawan, juga merasakan manfaat gas metana. pada tahun 1976 lahir laki-laki, sejak 1997 Tinggal di Desa Manggar, menunjukkan bahwa ia kini hanya membayar Rp 10.000 per bulan untuk membeli bahan bakar. “Sebelumnya pakai elpiji, 4 tabung per bulan, total Rp 120.000,” ujarnya.

Baca juga: Habiskan Rp 45T untuk dukungan APBN, program gas murah untuk industri tertentu yang bernilai tinggi.

Untuk biaya pemasangan, Rasum hanya merogoh kocek masing-masing Rp 100.000, paralon 1/2 inchi Rp 80.000 ditambah sound Rp 20.000. “Saya hanya perlu Rp 100.000 untuk memasangnya,” kata pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini.

Menurutnya, penggunaan gas metana akan membuat pengeluaran bulanannya lebih hemat. “Saya berjualan sayur setiap hari. Dengan menggunakan gas metana ini pada tahun 2022, biaya bulanannya akan sangat murah,” jelasnya.

Selain gas metana dari TPA Manggar, rumah tangga juga mendapat manfaat dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Jika pada tahun 2018 gas hanya disuplai ke 1 UKM, kini sudah mencapai 28 UKM. “Kehadiran jaringan gas metana bisa menekan biaya masyarakat. Kini hanya perlu membayar Rp 10.000 per bulan untuk gas,” kata Norma Septiati, Ketua UMKM Manggar.

TPA Manggar 2019 pada bulan Desember dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Saat itu, Kepala Negara menyebut TPA Manggar merupakan tempat pengolahan akhir sampah terbaik di Indonesia. TPA Manggar menggunakan teknologi Sanitary Landfill untuk daur ulang. Saat ini, Pemerintah memberikan prioritas kepada 10 negara bagian dalam menyelesaikan permasalahan sampah. Rata-rata, semua negara bagian ini ingin menghabiskan proses tersebut untuk listrik.

TPA Manggar menjadi bukti bahwa penyediaan energi murah dan ramah lingkungan bukanlah hal yang mustahil. Program pengelolaan sampah kolaboratif antardepartemen yang dilaksanakan dengan baik akan menciptakan ekonomi sirkular yang tidak hanya mengurangi beban sumber daya publik, namun juga mengurangi biaya energi dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours