PLN Gandeng Kementan Kembangkan Ekosistem Biomassa Berbasis Pertanian Terpadu

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT PLN Energi Primer bersama-sama mengembangkan ekosistem pertanian biomassa di Indonesia. Caranya adalah dengan mengubah tempat-tempat yang tadinya penting menjadi lebih hijau dan produktif. Tindakan ini akan memungkinkan pemanfaatan 1,7 juta hektar dari 14 juta hektar lahan kritis yang tersebar di seluruh negeri.

Wakil Menteri Pertanian RI Sudariono mengapresiasi langkah PLN dalam menggalakkan program biomassa melalui pemanfaatan lahan-lahan penting yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat.

“Saya mengapresiasi langkah PLN dalam program ini. Kita dihadapkan pada masalah perubahan iklim. Saya sangat mengapresiasi karena dengan diwajibkannya (program ini), sumber biomassanya berasal dari luar negeri,” jelas Sudaryono dalam agendanya. Dikutip oleh Sbatu (28 September 2024) Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Perekonomian Masyarakat di Tasikmalaya dan Pembukaan Pertanian Terpadu.

Sudaryono mengatakan, lahan marginal biasanya merupakan lahan yang sulit diolah dan terletak di pelosok negeri. Program biomassa PLN juga menjadi indikasi nyata kehadiran pemerintah di daerah-daerah terpencil.

“Saya berharap jika model ini berhasil, kita bisa memperluasnya ke tempat lain,” tambah Sudaryono.

Terkait hal tersebut, Dirjen PLN Dharmawan Prasojo menjelaskan pihaknya memanfaatkan lahan-lahan penting bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat.

“Melalui program kolaboratif ini, kami berupaya mengubah lahan yang tadinya kering dan tandus menjadi lahan hijau dan produktif,” jelas Dharmawan.

Menurut Kementerian Ekologi dan Kehutanan, terdapat 14 juta hektar lahan kritis di republik ini. Dengan mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu, program ini dapat berkontribusi pada upaya pengelolaan lahan yang penting.

“Kami memanfaatkan lahan yang luasnya mencapai 1,7 juta hektar, sehingga kami dapat berkontribusi dalam upaya penurunan emisi CO2e sebesar 11 juta ton melalui biomass co-firing,” jelas Dharmawan.

Selain itu, program ini berpotensi meningkatkan kapasitas nasional dengan menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, mendorong ekonomi sirkular, dan mengurangi kemiskinan.

“Ke depan, kami menargetkan program ini dapat menjangkau 1,25 juta orang dan nilai ekonominya mencapai Rp 9,5 triliun per tahun,” tutup Darmawan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours