Amerika Disebut Sudah Jatuh ke Dalam Resesi, Begini Penjelasannya

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Amerika Serikat (AS) kini diperkirakan berada dalam kondisi yang disebut oleh mantan penasihat Federal Reserve Bank Dallas, Danielle DiMartino Booth, sebagai “resesi biasa”. Klaim ini muncul di tengah melemahnya pasar saham global di tengah kekhawatiran melemahnya perekonomian AS.

Resesi biasa adalah salah satu dari dua jenis resesi yang didorong oleh permintaan. Hal ini biasanya terjadi setelah periode pengetatan kebijakan yang bertujuan untuk membatasi kelebihan permintaan atau masalah inflasi.

CEO Quill Intelligence dan kepala strategi DiMartino Booth mengatakan penurunan ini dimulai pada Oktober lalu. Dia menunjuk pada melemahnya pasar tenaga kerja dan meningkatnya pengajuan kebangkrutan. Selain itu, menurutnya, penurunan harga rumah dan peningkatan pasokan perumahan mengindikasikan tren tersebut dapat terus berlanjut.

Perekonomian AS mengalami perlambatan yang tidak terduga pada bulan Juli karena penyerapan tenaga kerja menurun tajam dan tingkat pengangguran meningkat selama empat bulan berturut-turut. Selain itu, kenaikan suku bunga akan berdampak pada dunia usaha dan rumah tangga.

Biro Statistik Tenaga Kerja mengumumkan bahwa tingkat pengangguran di Amerika Serikat naik menjadi 4,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi Covid pada tahun 2020.

Jumlah pengangguran di Amerika Serikat meningkat 352 ribu orang menjadi 7,2 juta orang, meningkat signifikan dari 5,9 juta orang pada tahun lalu, ketika tingkat pengangguran sebesar 3,5%.

Laporan hari Jumat menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve menunggu terlalu lama untuk menurunkan suku bunga. Kekhawatiran akan resesi AS mengguncang pasar global pada hari Senin.

The Fed sebelumnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan AS tidak berubah pada pertengahan pekan lalu. Ketua Fed Jay Powell mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pertama setelah pandemi mungkin terjadi pada September 2024.

DiMartino Booth mengatakan kepada CNBC bahwa The Fed tidak sepenuhnya bisa disalahkan atas tingginya tingkat inflasi. Ia menyatakan bahwa “kebijakan suku bunga adalah instrumen yang tumpul”.

Seorang mantan pelapor The Fed menunjuk pada kecerdasan buatan (AI) sebagai alat utama bagi pengusaha yang ingin memangkas biaya. Ia secara ringkas memperkirakan bahwa “dalam 6-18 bulan ke depan, kecerdasan buatan akan menjadi senjata pemusnah massal.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours