Kremlin: Rusia tak bisa dipaksa berdamai seperti Zelenskyy inginkan

Estimated read time 2 min read

Moskow (Antara) – Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Rabu (25/9) bahwa Rusia tidak bisa “dipaksa untuk berdamai” seperti yang diinginkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Keengganan Zelensky untuk mencapai kesepakatan adalah sebuah “kesalahan fatal,” kata Peskov mengenai pidato presiden Ukraina di Dewan Keamanan PBB pada hari Senin, di mana ia mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina tidak dapat dihentikan melalui negosiasi dan “apa yang diperlukan.” — memaksa Rusia untuk berdamai.

“Rusia adalah pendukung perdamaian. Namun dengan syarat memastikan dasar-dasar keamanannya dan memenuhi tugas yang dihadapi operasi militer khusus,” katanya.

“Dari sudut pandang saya, posisi seperti itu (keengganan untuk mencapai kesepakatan) adalah kesalahan fatal, kegagalan sistemik. Ini adalah kesalahpahaman mendalam yang berdampak pada rezim Kiev,” tambahnya.

Peskov dengan tegas menolak tuduhan Zelensky bahwa Rusia telah melanggar Piagam PBB, dan mengklaim bahwa Rusia telah bertindak “sesuai dengan hukum internasional”.

“Rusia sangat menentang penggunaan standar ganda dalam penafsiran hukum internasional, yang merupakan ciri khas Inggris dan Amerika Serikat,” ujarnya.

Mengenai situasi di sekitar kota Vuhledar di Ukraina, tempat bentrokan sengit terbaru, Peskov menggambarkannya sebagai “tren positif” bagi Rusia.

Mengenai perjanjian gandum mengenai ekspor pangan Ukraina melalui Laut Hitam, Peskov menyatakan kurangnya dialog untuk melanjutkan perjanjian tersebut, dan menyatakan bahwa perjanjian tersebut dihentikan karena pihak ketiga mengabaikan kewajiban mereka, terutama yang berkaitan dengan Rusia.

Turki menjadi tuan rumah pertemuan pertama antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina pada Maret 2022 di kota Antalya di Mediterania.

Upaya-upaya ini menghasilkan perjanjian gandum Laut Hitam yang penting pada tahun 2022, namun Moskow tidak memperpanjang perjanjian tersebut setelah Juli 2023, dengan alasan pembatasan ekspor gandum Rusia.

Ketika ditanya tentang uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan Tiongkok, Peskov mengatakan Beijing sedang mengembangkan angkatan bersenjatanya dan “memiliki hak penuh untuk menguji coba rudal.”

“Tiongkok sedang mengembangkan militernya, kami menghormatinya dan bertukar informasi yang diperlukan dalam konsultasi antara kedua negara, termasuk melalui Kementerian Pertahanan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Tiongkok mengklaim telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang mendarat di lokasi yang ditentukan di Samudra Pasifik.

Menurut Beijing, negara-negara regional telah diberitahu terlebih dahulu mengenai uji coba tersebut.

Sumber: Anadolu

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours