Transformasi layanan Pelni menyentuh hingga ke ujung negeri

Estimated read time 7 min read

Tanjungpinong (Antara) – Yanto (36) asyik menari dengan jari di layar ponsel Android miliknya di sebuah kafe di kota Tanjungpinong, provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Matanya tertuju pada layar ponsel sembari mengutak-atik aplikasi “Pelni Mobile”, sebuah aplikasi untuk segala layanan yang berkaitan dengan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Persero.

Anto terlihat ahli dalam menggunakan aplikasi tersebut sehingga tidak terlihat janggal.

Saat itu, ia sedang mencari jadwal pemberangkatan kapal Pelni tujuan Tambelan, pulau paling terpencil di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, sekitar 390 kilometer dari pusat pemerintahan setempat.

Yanto sering bolak-balik Tanjung Pinang dan Tambelan untuk urusan pekerjaan. Biasanya menggunakan Kapal Perintis yang dioperasikan oleh PT Pelni Cabang Kota Tanjungpinang. Akses menuju Pulau Tambelan hanya bergantung pada transportasi laut dan udara yang tidak berangkat rutin setiap hari.

Setelah mencoba login (mendaftar) menggunakan email atau email yang dimasukkan sebelumnya, Yanto langsung terhubung dengan aplikasi seluler Pelni dengan penawaran lengkap.

Ia kemudian mengklik menu booking penerbangan dan memasukkan rute keberangkatan Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjung Pinang menuju Pelabuhan Tambelan.

Tak lama kemudian, penelusuran menunjukkan daftar kapal Pelney yang tersedia dengan nama armada termasuk kargo. Salah satunya jadwal pemberangkatan Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 48 tujuan Tanjungpinong-Tambalan pada 5 Agustus 2024 pukul 15.00 WIB.

Tanpa pikir panjang, pegawai swasta itu langsung memesan tiket elektronik (e-tiket) seharga Rp 42 ribu kepada penumpang tersebut saat mengajukan kelas ekonomi.

Yanto kemudian diminta memasukkan nama, email, nomor ponsel, dan alamat, kemudian data pribadinya meliputi nama, NIK KTP, dan alamat. Kemudian dilanjutkan dengan pembayaran e-tiket melalui BNI Mobile Banking.

Setelah pembayaran, Pelni akan mengirimkan e-tiket melalui email, formulir aplikasi dan SMS. Selanjutnya buka e-tiket dan temukan kode pemesanan sebelumnya.

Penukaran tiket elektronik dilakukan di perwakilan resmi Pelni di pelabuhan, 2 jam sebelum keberangkatan.

Perkembangan teknologi yang diadopsi Pelni dengan dibuatnya aplikasi “Pelni Mobile” semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas perjalanan laut, seperti yang dibayangkan Yanto saat membeli tiket kapal.

Ia tidak lagi harus datang ke loket kantor untuk mengantri membeli tiket. Hanya dengan ponsel di tangan, Anda memiliki akses untuk membeli tiket kapan saja, di mana saja. Anda bisa melakukannya sambil menyeruput kopi.

Layanan dan transformasi bisnis

Digitalisasi layanan sebenarnya menjadi salah satu terobosan yang dilakukan Pelney di usianya yang ke-72 tahun. Hal ini menandakan BUMN yang bergerak di bidang industri angkutan penumpang dan barang terus melakukan transformasi di sektor jasa dan komersial.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan layanan pelanggan dan pada saat yang sama perusahaan diharapkan terus berkembang.

Kepala Cabang Pelni Kota Tanjungpinang, Putra Kencana mengatakan, aplikasi “Pelni Mobile” menjadi landasan untuk menginformasikan layanan perusahaan secara transparan kepada masyarakat.

Aplikasi tersebut telah beroperasi sejak Mei 2023 dan hingga saat ini tercatat 80 hingga 90 persen calon penumpang Pelini telah membeli tiket melalui aplikasi tersebut.

Aplikasi tersebut diklaim memiliki banyak manfaat seperti memudahkan penumpang memesan e-tiket, mengecek jadwal kapal, ketersediaan kursi, tarif tiket, serta informasi dan jadwal kapal Pelni di seluruh Indonesia.

Pelni menjalin kerja sama dengan banyak pihak di bidang pembayaran tarif tiket elektronik, misalnya melalui bank dan minimarket yang terhubung.

Selain itu, tersedia jalur lain untuk pembelian tiket, selain secara online juga dapat dibeli melalui loket Pelní, Travel dan Call Center Pelní 162.

Dari sisi peningkatan bisnis, Pelni juga meluncurkan aplikasi digital “My Cargo” untuk meningkatkan kinerja angkutan kapal penumpang Pelni.

Melalui aplikasi ini, pengguna dapat mengirim parsel berisi barang-barang seperti pakaian atau makanan dengan harga termurah dan bersaing di pasaran. Ketentuan harga transportasi tersedia langsung melalui aplikasi.

Juga layanan “red pack” atau pengiriman kargo curah dengan kapal pelny dengan batasan berat 120 kilogram. Kiriman dikemas dalam tas bertanda “Red Pack” yang ditempatkan di area kargo tanpa mengganggu kenyamanan kompartemen penumpang.

Setelah itu, Pelney kembali melakukan terobosan di bidang pelayanan dengan memasang WiFi di kapal sehingga penumpang dapat mengakses Internet selama pelayaran. Namun akses WiFi dengan sistem paket tetap dikenakan biaya sesuai kapasitas yang digunakan penumpang.

Tak berhenti sampai disitu, Pelni juga melakukan penyempurnaan menu dan penyajiannya selama setahun terakhir. Menu untuk penumpang disediakan di pantry berdasarkan kategori, misalnya.

Secara khusus, Pelni menggandeng ahli gizi untuk menyediakan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi penumpang seperti berapa banyak ayam atau ikan yang dibutuhkan penumpang/penumpang dewasa.

Pada jam-jam tertentu, penumpang disuguhi air mineral, jus kemasan, dan susu botol. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan sehat dan bergizi kepada para pemudik.

Pelni telah menerapkan layanan tambahan atau layanan tambahan bagi penumpang kelas ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan layanan pelanggan berupa selimut, perlengkapan tidur, dan perlengkapan mandi selama pelayaran.

Tak hanya itu, penumpang Pelni yang kini tidak memiliki kursi bahkan tempat tidur pun bisa mendapatkan kasur selama menaiki kapal Pelni. Sedangkan penumpang yang tidak memiliki tempat duduk sebelumnya mencari tempat duduk sendiri atau matras sendiri tanpa matras.

Selain itu, Pelní juga tidak melupakan keselamatan penumpang, oleh karena itu setiap tahunnya kapal-kapal yang dioperasikan Pelní menjalani docking atau perbaikan, termasuk pembaharuan dokumen dan kelengkapan peralatan keselamatan kapal.

Upaya Pelni cabang Tanjungpinang dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan bisnis berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan yang bisa mencapai Rp 15 miliar dalam satu tahun atau memenuhi target yang telah ditetapkan.

Seorang penduduk Pulau Belle

Terdiri dari 2.408 pulau yang tersebar di tujuh kabupaten/kota, Provinsi Kepulauan Riau sangat mengandalkan transportasi laut sebagai sarana perjalanan utama penduduknya. Kepulauan Riau berada di garda terdepan NKRI karena berbatasan langsung dengan beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura.

Oleh karena itu, kehadiran Pelni sangat diperlukan bagi masyarakat setempat, khususnya di pulau-pulau terluar seperti Natuna dan Anambas yang sulit dijangkau perahu, karena akses yang sangat jauh dan ancaman gelombang tinggi yang terkadang mencapai 7 meter. . tinggi

Saat cuaca ekstrem dan air pasang, speedboat rute Tanjungpinong – Natuna atau Anambas terpaksa menahan diri untuk berlayar karena khawatir membahayakan keselamatan penumpang. Kapal feri cepat menuju dua pulau paling terpencil di ujung utara Indonesia ini hanya berlayar dua kali dalam seminggu dengan harga tiket sekitar Rp 550 ribu.

Dibandingkan dengan kapal Pelni, kapasitasnya lebih besar dan lebih nyaman bagi penumpangnya, sejauh ini tidak ada kendala dalam berlayar menjelajahi Natuna dan Anambas meski dalam cuaca buruk atau saat kapal lain tidak berlayar. Kapal Pelni tetap menjadi penopang utama penduduk pulau.

Secara spesifik, Dinas Pelni Tanjungpinong kini mengoperasikan dua kapal, yakni KM Bukit Raya dan kapal perintis penugasan pemerintah KM Sabuk Nusantara 48.

Khusus KM Bukit Raya berkapasitas 962 tempat duduk, melayani jalur pelabuhan Kijang hingga Letung, Tarempa, Natuna, Midai, Serasan dan berlanjut ke luar Kepulauan Riau yakni Pontianak dan Surabaya.

Kapal perintis KM Sabuk Nusantara berkapasitas 48.498 tempat duduk dan melayani jalur pelabuhan Tanjung Pinang menuju Tambelan, Serasan, Midai, Selat Lampa, Subi dan Pulau Laut. Kemudian Tanjung Balai Karimun, Moro, Dabo dan Pekajang.

Masing-masing dari dua kapal tersebut menangani dua keberangkatan dan dua kedatangan per bulan.

Namun harga tiketnya bervariasi. Meski harga tiket KM Bukit Raya sedikit lebih komersial, namun pemerintah sudah memutuskan. Berbeda dengan kapal percontohan yang tarifnya disubsidi pemerintah. Misalnya KM Bukit Raya Tanjungpinang-Natuna sekitar Rp 380rb per orang, sedangkan tarif Pioneer ke Natuna hanya Rp 50rb per orang.

Namun, minat terhadap kedua kapal tersebut relatif sama. Misalnya pada saat high season, rata-rata jumlah penumpang adalah kursi penuh, namun tidak terkecuali untuk pemandu, kursi tambahan, atau kapasitas tempat tidur.

Sedangkan KM Bukit Raya rata-rata memiliki kapasitas kursi 40-50 persen. Pengecualian tersebut melalui tahapan pemeriksaan keutuhan peralatan keselamatan dan kelaikan laut kapal, mulai dari hasil pemeriksaan mesin hingga peralatan navigasi.

Selain mengangkut penumpang, Pelni Tanjungpinong juga menyediakan kapal percontohan tol laut untuk mengangkut perbekalan penting ke pulau-pulau terluar Kepulauan Riau, khususnya yang sulit dijangkau perbekalan penting seperti kapal penumpang atau Pulau Laut, Subi dan Midai.

Dua kapal yang beroperasi, Tol Laut khusus untuk angkutan peti kemas yaitu Kapal Logistik Nusantara 4, dan satu Kapal Perintis dan Tol Laut khusus untuk angkutan barang dan penumpang yaitu KM Sabuk Nusantara 48.

Kapal Logistic Nusantara 4 akan membawa barang-barang penting dalam peti kemas seperti perbekalan pokok dan bahan konstruksi dari Jakarta dan Pelabuhan Kizong. Total muatan maksimal sekitar 115 unit sekali trip (sebulan sekali).

KM Sabuk Nusantara 48 mengangkut muatan curah dengan kapasitas muatan sekitar 150 ton meter kubik. Umumnya barang yang diimpor adalah bahan pangan yang dimuat di Tanjung Pinang dan dijual kembali melalui pedagang grosir atau pedagang di luar pulau.

Pengiriman bahan kebutuhan pokok masyarakat melalui Program Perintis dan Tol Laut sangat membantu menjembatani kesenjangan harga bahan pokok di pulau-pulau terluar Kepri, karena tarif pengiriman disubsidi oleh pemerintah pusat dan lebih murah dibandingkan tarif komersial.

Alhasil, masyarakat di pulau-pulau tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) masih bisa menikmati kebutuhan pokok, khususnya pangan untuk kehidupan sehari-hari, dengan harga yang relatif terjangkau.

Suntingan: Ahmad Zainal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours