Mentan dukung pengembangan pompanisasi tenaga surya untuk pertanian

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Menteri Pertanian (Menton) Andy Amran Suleiman mengaku siap mendukung pengembangan pompa energi surya untuk menciptakan efisiensi peningkatan produksi pertanian guna swasembada pangan.

Pengumuman itu disampaikan Amran menanggapi laporan salah satu Konsultan Lapangan Pertanian (PPL) yang menyampaikan kepada Menteri Pertanian bahwa ada yang sedang membangun pompa air pertanian bertenaga surya di Kabupaten Parbalinga, Jawa Tengah.

“(Kami) kalau sempat ketemu, dia disebut anak. Kalau tidak, (maka) (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian/Dirjen PSP Kementerian Pertanian Ali Semil)” kata Amran dalam demikian pernyataan di Jakarta, Selasa, saat dikeluarkan.

Amran mencatat, Kementerian Pertanian siap mendukung pengembangan pompa bertenaga surya agar tidak hanya bisa dimanfaatkan di wilayah Parbalinga, tapi juga di wilayah Indonesia lainnya.

Mentan menginstruksikan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) untuk kembali fokus pada anggaran.

“Kita anggarkan sampai 10 (unit), kita periksa sampai 10 (unit). Ini sudah dilakukan (di Purbalingga), cek di sana (Purbalingga),” kata Amran.

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian Ali Semil juga menyatakan kemungkinan kebangkitan anggaran masih ada.

“Nanti kita lihat, mungkin ada peluang (refocusing anggaran), nanti kita lihat,” kata Ali.

Sebelumnya, Guru Lapangan (PPL) Purbalingga Nanik Istiqomah meminta dukungan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menggalakkan pompa tenaga surya.

Nanik menginformasikan kepada Menteri Pertanian bahwa ada masyarakat sekitar di Purbaling yang telah membangun pompa dengan menggunakan tenaga surya sebagai solusi permasalahan para petani di daerah tersebut karena mahalnya bahan bakar dalam pemompaan.

Oleh karena itu, kendala di lahan pertanian yang terkait dengan pemompaan sebagian adalah bahan bakar, sehingga sebagian petani cukup khawatir karena biayanya bisa mencapai Rp 500.000 per bulan, kata Nanik.

Alhasil, seiring dengan biaya tersebut, petani harus menganggarkan biaya bahan bakar sekitar Rp43 juta untuk mengolah lahan padi seluas 120 hektare.

Nanik berkata: “Sekarang kami mendapat banyak dukungan dari pemerintah Bunda Maria Purbalinga untuk pemompaan tenaga surya. Kami memerlukan dukungan (Kementerian Pertanian) untuk mengembangkan pompa tenaga surya.”

Sementara terkait pompa air, Nanik mencontohkan, kawasan Parbalinga sudah banyak memiliki alat tersebut dan para petani di wilayah tersebut berkomitmen membutuhkan pompa air bertenaga surya.

Nanik juga mengungkapkan, Pemprov Purbalinga melalui dana King’s Grant daerah saat ini sedang mengembangkan pompa air bertenaga surya untuk menggairahkan produksi pertanian di daerah tersebut dengan menggunakan pompa berukuran kanal 3 inci.

“Sekarang untuk memproduksi energi surya dari anak lokal (biayanya) hanya Rp 30 juta hingga Rp 40 juta dengan enam panel surya,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia berharap Kementerian Pertanian dapat mendukung pengembangan pompa tenaga surya Purbaling agar kedepannya dapat digunakan pompa berukuran 6 inci.

“Kalau pakai pompa ukuran 6 inci, sehari bisa mengairi 10 hektare, tanpa biaya, nol rupee,” kata Nanik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours