Kolaborasi untuk Beri Ruang Aman bagi Lansia dan ODD

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Alzheimer Indonesia (ALZI) berkolaborasi dengan Universitas Katolik Atma Jaya membangun ALZI Academy dan Healthy Aging Center pertama di Indonesia. Pusat ALZI akan berperan penting sebagai cara untuk mempelajari spesies ini, untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para profesional kesehatan dan keluarga, serta untuk menyediakan tempat yang aman dan nyaman bagi para lansia dan penderita demensia (ODD) untuk melanjutkan aktivitas mereka.

Presiden Yayasan Atma Jaya Linus Setiadi mengatakan, visi dan misi Yayasan Atma Jaya bertepatan dengan ALZI sebagai mitra untuk mewujudkan Center of Excellence di bidang pendidikan dan kesehatan serta memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. . Berdirinya ALZI Healthy Aging Academy and Center diharapkan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya berkemampuan namun juga berempati, sejalan dengan salah satu nilai Atma Jaya yaitu peduli terhadap sesama.

“Sesuai semangat para pendiri Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati orang yang lebih tua, dan pemimpin masa depan harus memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kasih sayang/kepedulian yang dibangun melalui wadah bangsa ini,” ujarnya. dikatakan. ujarnya, Jumat (20/9/2024).

Yayasan Atma Jaya bersama Unika Atma Jaya dan didukung unit kerja PT Atma Jaya Mitra Nusantara (AJMN), berharap sosialisasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan tidak hanya melibatkan pihak internal namun juga pihak eksternal. PT AJMN diharapkan dapat berperan besar dalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

Rektor Unika Atma Jaya Prof. Dr. Dr. Yuda Turana SpN menyampaikan, sejak tahun 2016 Unika Atma Jaya #Bersama ALZI, kemitraan semakin erat dan membawa manfaat lebih bagi semua orang. Banyak generasi muda khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi dan program studi lainnya yang dapat berkontribusi dalam isu demensia dan penuaan.

Kehadiran ALZI Academy & Healthy Aging Center dipandang sebagai kontribusi nyata atas kolaborasi lembaga/organisasi akademik dan organisasi nirlaba yang peduli terhadap komunitas Alzheimer di Indonesia dan kedepannya akan tercipta Dementia Care Champion. “Unika Atma Jaya unggul dalam bidang dewasa dengan berbagai metode, salah satu jurusan Tri Darma Perguruan Tinggi Unika Atma Jaya adalah pengobatan demensia Alzheimer secara komprehensif,” ujarnya.

Presiden Alzheimer’s Indonesia DY Suharya menjelaskan, ALZI Center merupakan hasil upaya yang dilakukan selama 11 tahun terakhir dan diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk memiliki kekuatan lebih dalam mengatasi diskriminasi. Selain itu, ALZI juga mengetahui bahwa banyak masyarakat yang sadar bahwa gaya hidup mereka berisiko tertular penyakit ini, dan 58% masyarakat percaya bahwa depresi disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Dengan 45% kasus demensia dilaporkan hanya dipengaruhi oleh 14 faktor risiko yang dapat dimodifikasi, hal ini merupakan kemajuan yang signifikan. ALZI dan Atma Jaya merupakan contoh kerja sama mereka di kawasan Asia-Pasifik karena ALZI merupakan anggota dari Alzheimer’s Disease International, sebuah koalisi lebih dari 100 organisasi Demensia Alzheimer di seluruh dunia yang didirikan pada tahun 1984.

“Diharapkan dengan berdirinya ALZI Academy & Center for Healthy Aging juga dapat menjadi platform internasional yang dapat mendorong organisasi-organisasi Alzheimer untuk mulai menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi pendidikan di negaranya,” tutupnya.

Diketahui, hasil survei internasional terbesar mengenai sikap terhadap demensia menunjukkan bahwa penolakan terhadap penyakit ini semakin meningkat di kalangan masyarakat bahkan dunia kesehatan. Laporan World Alzheimer tahun 2024 yang diterbitkan oleh Alzheimer’s Disease International (ADI), didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh London School of Economics and Political Science (LSE), menemukan bahwa 80% masyarakat masih belum memahami bahwa demensia adalah bagian normal dari penuaan. . dan bukan kondisi medis, meningkat 14% sejak survei terakhir dilakukan pada tahun 2019.

“Persepsi yang salah mengenai demensia merupakan masalah besar, terutama bagi para profesional kesehatan, karena dapat menunda diagnosis dan akses terhadap pengobatan, perawatan, dan dukungan yang tepat,” kata CEO ADI Paola Barbarino.

Paola mengatakan hal ini terjadi pada saat pengobatan baru disetujui di seluruh dunia, serta kemajuan dalam pengujian. “Kita membutuhkan pendapat yang sama dengan dunia kesehatan untuk memahami dengan mudah bahwa demensia adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh serangkaian penyakit, dimana penyakit Alzheimer adalah yang paling umum, sehingga dapat diberikan diagnosis yang akurat, membuka pintu bagi penyakit. kombinasi kepedulian dan dukungan yang dapat memungkinkan masyarakat untuk hidup lebih lama, terus bekerja, di rumah dan di masyarakat”, jelasnya.

Sekitar 88% penderita demensia mengatakan mereka pernah mengalami stigma, peningkatan sebesar 5% sejak tahun 2019. ADI mengatakan menyangkal kesalahpahaman tentang demensia akan melanggengkan diskriminasi terhadap penderita demensia. Anggota Dewan Kehormatan Alzheimer Indonesia yang juga didiagnosis menderita demensia, William Buntoro mengaku merasa beruntung bisa mengenal lebih jauh tentang demensia Alzheimer dan terhubung dengan komunitasnya melalui penyakit Alzheimer.

“Tetapi saya juga tahu bahwa ada banyak orang yang akan mendapat manfaat jika mereka atau keluarganya mendapatkan informasi, pekerjaan dan bantuan di kota mereka. Untuk itu saya berharap pemerintah dan seluruh masyarakat dapat cepat memahami dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada mereka yang semakin lanjut usia,” tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours