Adopsi AI, Organisasi di ASEAN Perlu Roadmap dan Tata Kelola

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Perusahaan-perusahaan di ASEAN sudah mulai menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaannya. Namun demikian, diperlukan pemetaan dan pengendalian yang tepat agar manfaat dan pemanfaatannya dapat terwujud sepenuhnya.

Hal ini terungkap dalam studi baru yang dilakukan oleh Ecosystem atas nama IBM, yang disebut “AI Readiness Barometer: ASEAN’s AI Landscape”. Survei ini menemukan bahwa 85% perusahaan di ASEAN setuju bahwa kecerdasan buatan dapat membantu mencapai tujuan strategis. Namun hanya sekitar 17% dari mereka yang memiliki rencana sederhana untuk menggunakan teknologi ini. Masalah lainnya adalah tidak banyak orang yang memiliki peta jalan yang jelas tentang cara menggunakan teknologi ini.

Survei tersebut juga mengungkapkan adanya kesenjangan antara persepsi perusahaan mengenai kesiapan mereka menggunakan AI dan kenyataan yang ada. Survei tersebut menemukan bahwa 16% pemimpin organisasi mengatakan bahwa mereka berada pada puncak kompetensi AI (kategori AI Pertama). Namun, data dan analisis lapangan Ecosystem menunjukkan bahwa hanya sekitar 1% perusahaan yang termasuk dalam kategori ini. Demikian pula, 39% organisasi yakin bahwa mereka berada dalam fase transisi kemampuan AI (Transformatif), sementara hanya 4% yang memenuhi persyaratan.

Dalam acara IBM Think 2024 Singapore Media Briefing di Sand Expo and Convention Center, Singapura, Rabu (14/8), General Manager IBM ASEAN Catherine Lian mengatakan perjalanan AI memiliki banyak manfaat bagi perusahaan. Hal ini termasuk mempercepat inovasi dan produktivitas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan menjadi lebih baik.

Namun lanjutnya, berdasarkan hasil survei, banyak pemimpin teknis dan perusahaan yang melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam menerapkan AI. Menurutnya, kesiapan penerapan AI memerlukan kepemimpinan yang kuat, strategi data yang kuat, dan rencana pengelolaan yang matang. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa AI digunakan secara efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

“Tanpa landasan yang kuat, perusahaan dapat mengambil keputusan yang hanya fokus pada pilihan teknis, namun tidak memperhitungkan dampak jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (17/8/2024). .

Namun, Head of Strategic Business Unit Certification and Ecoframework (Serco) PT Sucofindo Dian Indrawaty mengatakan dalam paket media bahwa kini terdapat rencana penggunaan AI untuk mendukung penerapan keberlanjutan, termasuk pemantauan emisi dan inisiatif keberlanjutan lainnya. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan, katanya, memungkinkan perusahaan memantau dan melaporkan metrik lingkungan dan sosial secara akurat.

Namun, kata Dian, agar pemerintahan dapat berjalan efektif, perlu dipastikan terlaksananya peraturan, standar pelaporan pemerintah, serta menjamin adanya informasi yang benar dari seluruh pemangku kepentingan yang berasal dari organisasi independen. “Untuk bisa diakui, sertifikasinya bisa dilakukan oleh organisasi independen yang ditunjuk pemerintah dan mendapat pengakuan internasional,” ujarnya.

Namun, CEO Ecosystem Ullrich Loeffler mengatakan penting bagi perusahaan untuk terlebih dahulu mengembangkan keterampilan AI dan membangun hubungan yang kuat. Dengan melakukan hal ini, katanya, perusahaan dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal dan mencapai tujuan bisnisnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours