RI perlu tambahan pasokan listrik dukung target pertumbuhan ekonomi

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Indonesia diyakini membutuhkan peningkatan konsumsi listrik pascapandemi COVID-19, serta tambahan pasokan listrik untuk mendukung sasaran pertumbuhan ekonomi.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (FEB) Universitas (UI) Prof. Dr. Telisa Aulia Falianti menjelaskan, situasi permintaan dan pasokan listrik tidak bersifat statis melainkan dinamis, dengan pertumbuhan ekonomi digital dan tren kendaraan listrik sebagai penggerak utamanya.

“Perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat dan tren kendaraan listrik akan menjadi faktor yang akan meningkatkan permintaan listrik secara signifikan. Oleh karena itu, istilah oversupply tidak tepat,” kata Telisa dalam keterangannya di Jakarta, Jumat. .

Menurut dia, konsumsi listrik masyarakat saat ini semakin meningkat, hal ini terkait dengan pemulihan perekonomian. Telisa mengingatkan, perlu ada langkah konkrit untuk menciptakan pembangkit listrik seiring dengan meningkatnya kebutuhan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Pak Hutajulu menyampaikan bahwa kebutuhan listrik masih terus meningkat. Ia mengatakan, situasi kelistrikan saat ini belum layak dikatakan melebihi kapasitas.

“Pertumbuhannya sangat tinggi,” kata Geisman.

Menurut dia, dengan rencana pertumbuhan ekonomi 8 persen, tentu pasokan listrik harus meningkat lebih dari itu. Oleh karena itu, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024 harus menjawab kebutuhan tersebut.

Sekadar informasi, seiring pulihnya Indonesia dari wabah Covid-19, berbagai sektor termasuk industri sudah kembali beroperasi normal.

Dampak positif kembali normalnya perekonomian adalah permintaan listrik justru meningkat. Hal ini tentunya diharapkan oleh semua pihak untuk menjamin pasokan listrik yang andal dalam beberapa bulan ke depan hingga tahun 2025 dan seterusnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengumumkan pemerintah akan meningkatkan konsumsi listrik per kapita sebesar 6.500 kilowatt-jam (kWh).

Berbicara pada pembukaan Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IGCE) ke-10 yang digelar baru-baru ini, Bahlil mengatakan, pada masa pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, targetnya adalah mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8 persen.

Saat ini target konsumsi listrik per kapita hanya 4000 kWh-5000 kWh. Angka tersebut diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen.

Jadi kemarin kita pasang konsumsi listrik per kapita 4.000 sampai 50.000 (kWh), tapi kita lihat pertumbuhan ekonomi hanya sampai 5 persen, ujarnya.

Dewan Energi Nasional sendiri telah menghitung jika konsumsi listrik per kapita hanya 5.500 kilowatt, maka pertumbuhan ekonomi hanya 6 persen per tahun.

“Sebagai ketua DAN sehari-hari, saya memutuskan bahwa angka 5.500 kilowatt-jam akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen,” ujarnya.

Oleh karena itu, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran, konsumsi listrik per kapita harus ditingkatkan dari minimal 6.000 kWh menjadi 6.500 kWh.

“Ini sesuai dengan arah kebijakan Pak Prabowo dan Wakil Presiden Mas Gibran. Jadi nanti kita selidiki di RUPTL, baru kita diskusikan dengan Dirut PLN,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours