Pakar ekonomi: Pertamina mampu menjaga kuota BBM subsidi tepat sasaran

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Ekonom Senior Institute of Economic Development and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad memperkirakan Pertamina mampu menjaga kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sesuai target melalui sistem dan teknologi informasi yang digunakan BUMN.

“Dengan bantuan teknologi informasi, Pertamina bisa menjaga kuota BBM bersubsidi tetap mencapai targetnya. Meski tentu masih perlu ditingkatkan,” kata Tauhid melalui telepon di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, pemanfaatan teknologi informasi dapat mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi, karena perusahaan dapat memastikan kendaraan mana yang boleh membeli BBM bersubsidi dan batasan jumlah yang boleh dibeli.

“Teknologi ini akan mengungkap jumlah dan jenis kendaraan yang boleh menggunakan bahan bakar bersubsidi,” ujarnya.

Namun, kembali ditegaskannya, ke depan ada harapan agar Pertamina tetap memastikan kuota BBM bersubsidi lebih tepat sasaran, antara lain dengan melakukan penyempurnaan dan peningkatan teknologi.

Melalui upaya tersebut, dia berharap BUMN energi semakin mengurangi risiko penyalahgunaan, termasuk penyalahgunaan barcode.

Dengan penyempurnaan teknologi, sekali lagi, kata dia, ada harapan untuk mengetahui jarak tempuh kendaraan yang menggunakan bahan bakar preferensi, untuk mengetahui apakah kuota bahan bakar preferensi sudah ditambah. bahan bakar yang dibeli pasti untuk keperluan transportasi.

Oleh karena itu, Pertamina masih perlu mempertajam dan meningkatkan teknologinya, kata Tauhid.

Selain itu, ekonom senior ini juga menyarankan penambahan pengawasan eksternal agar Pertamina dapat lebih menjaga dan memenuhi target kuota bahan bakar bersubsidi.

“Meningkatkan dan menyempurnakan teknologi di bidang ini,” tambahnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nike Vidyawati mengatakan, Pertamina akan memanfaatkan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM bersubsidi di SPBU secara real time.

Langkah tersebut, kembali ditegaskan, dimungkinkan dengan dikembangkannya sistem peringatan yang mengirimkan sinyal darurat dan dipantau langsung dari pusat komando Pertamina.

Menurut dia, Pertamina memantau langsung informasi transaksi tidak wajar seperti pengisian solar lebih dari 200 liter per kendaraan atau preferensi bahan bakar bagi kendaraan yang tidak memiliki nomor polisi terdaftar (nopol) melalui sistem tersebut

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours