Makan Bergizi Gratis, Indef: Jika Dihitung Seperti Bangun IKN Hampir Rp500 triliun

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Indef Ario DP Peneliti Pusat Perindustrian, Perdagangan dan Investasi. Irhamna memperkirakan program pangan gratis dan bergizi ini bisa menelan biaya antara Rp400-500 triliun.

Menurut Ario, program-program prioritas era Presiden terpilih Prabowo Subianto ditengarai hanya diumumkan dan tidak dihitung secara detail saat itu, sehingga akhirnya menimbulkan kesimpangsiuran di banyak pihak.

“Karena kalau dihitung total anggarannya sekitar Rp 400-500 triliun, artinya hampir mendekati anggaran pembangunan IKN. Jadi ini sangat penting. Sementara kondisi ekonomi kurang bagus, saya kira akan sulit merancang programnya,” kata Ario, Minggu (18/8/2024), kata Indef dalam debat publik.

Sebaliknya, pada tahun depan, menurut Ario, ruang fiskal kita sangat terbatas, untuk kewajiban pembayaran utang sekitar Rp 800 triliun. Lalu ada janji kenaikan remunerasi ASN.

“Nah, menurut saya, setelah pelantikan Pak Prabowo, dia perlu menjelaskan kembali janji-janjinya. Saya yakin masyarakat menunggu penjelasan mengenai program ini, terutama mengenai makanan bergizi gratis. Untuk memberikan kejelasan dan itu penting” Untuk mendapatkan kepercayaan awal dari masyarakat dan pasar,” kata Ario.

Indef menilai uraian ini penting karena proses perencanaannya perlu dijelaskan. Oleh karena itu, proses perencanaan Program Pangan Gratis Gizi yang sedang berjalan menjadi sangat penting dan menjadi pengingat akan kondisi perekonomian nasional dan perekonomian masyarakat yang penuh tekanan.

“Baru minggu lalu pemerintah menaikkan harga BBM. Lalu ada juga PHK besar-besaran. Jadi kondisi perekonomian tegang sekali,” kata Ario.

“Menurut saya, ketika Pak Prabowo dilantik, masalah ini harus diatasi. Dan masyarakat menunggu dan implementasinya mudah untuk ditunjukan dan dinilai,” ujarnya.

Ario melanjutkan, selain ketersediaan finansial, spesifikasi kualitas dan penyajian makanan juga diperlukan. Di sisi lain, cara memasak makanan ini juga penting.

“Saya kira itu proyek dengan pihak ketiga. Atau dengan dapur umum yang tertulis di RAPBN? Tentu kalau dapur umum harus diperhatikan penyiapan infrastruktur dan sanitasi di lahannya.

Jadi saya coba berikan perhatian khusus kepada tim Pak Prabowo yang merancang program tersebut dan saya sangat menghargai upaya yang dilakukan saat ini. Karena sangat berbelit-belit. Kondisi keuangan dan kondisi lahan, jelasnya.

Ario sendiri ingin mempertanyakan hasil dari program ini. Penundaan telah diatasi.

“Program ini jelas tidak efektif untuk menghilangkan stunting. Karena stunting bukan hanya disebabkan oleh pola makan saja. Tapi juga karena proses kehamilan dan kesehatan ibu. Dan kita tahu, proses kesehatan kita masih beragam,” jelasnya.

Pemerintah dinilai gagal mencapai prevalensi stunting yang diperkirakan mencapai 100 persen pada tahun 2024, namun pada tahun 2022, menurut survei, status gizi Indonesia masih berada di angka 21,6 persen. Hanya DKI Jakarta dan Bali yang mencapai tujuan tersebut.

Artinya, meskipun RAPBN menegaskan program MBG terutama berfokus pada daerah yang angka prevalensi stuntingnya tinggi, namun hanya DKI Jakarta dan Bali yang angka prevalensi stuntingnya rendah, sehingga alokasinya sangat penting, kata Ario.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours