Mendag: Kompetensi PPNS dan edukasi ritel cegah ekonomi bawah tanah

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan peningkatan keterampilan penyidik ​​Dinas Perdagangan Umum (PPNS) dan pelatihan pengusaha ritel menjadi kunci untuk mencegah shadow economy yang menimbulkan kerugian sosial, ekonomi, ketertiban, dan negara. sektor keamanan.

Zulkifli Hasan mengatakan di Jakarta, Rabu: “Kita perlu meningkatkan kapasitas dan keterampilan lembaga penegak hukum. Karena shadow economy terus tumbuh dalam kompleksitas.”

Saat ini, karena perkembangan perdagangan yang begitu kompleks, pelaku ekonomi bawah tanah asing dapat menetap di Indonesia dan kemudian mengimpor barang-barangnya dan menjualnya ke distributor.

Sekarang mereka juga impor barang luar negeri, ayo bawa dan gudangnya banyak. Produk yang masuk ke gudang kemudian dijual secara online, namun tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tidak membayar pajak kepada pemerintah.

Mendag juga menekankan perlunya koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah, mengingat Kementerian Perdagangan dijalankan oleh bupati dan gubernur.

Selain itu, penting untuk memperkuat sinergi mulai dari kejaksaan, kepolisian, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, pemerintah daerah dan lain-lain.

“Tentunya pencegahan harus kita pastikan efektif karena perlunya edukasi kepada pengecer atau pedagang. Kita ingin para pedagang terdidik untuk menjual produk yang halal dan benar. Jadi edukasi sangat penting untuk pencegahan.” – kata Zulkifli Hasan.

Kata terakhir adalah kerjasama. Hal ini dapat dilakukan jika seluruh pemangku kepentingan bekerja sebagai satu tim.

“Kerja sama itu kuat, kerja sama itu kuat, karena kita satu kelompok. Tanpa kerja sama, tidak akan ada kerja sama yang kuat. Selain itu, misalnya ada kerja sama yang lemah, lemah, lemah Zulkifli Hasan, pelaku grey economy bisa kebal atau kebal.

Pencegahan dan pemberantasan grey economy yaitu impor barang ilegal merupakan upaya untuk melindungi kepentingan nasional yaitu perdagangan dan perekonomian Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours